PT.GURINDAM MEDIA KEPRI- Mencerdaskan & Memuliakan

Gelombang Vaksin Asia

Mencerdaskan & Memuliakan - Januari 25, 2021
Gelombang Vaksin Asia
 - (Alois Wisnuhardana- Mencerdaskan & Memuliakan)
RajaBackLink.com

Oleh: Alois Wisnuhardana, Happy Eximbanker, personal note

GURINDAM.ID- Gelombang vaksinasi massal telah memasuki lintasan pertarungan. Bangsa-bangsa berlomba untuk memulai menjadi yang pertama.

Negara-negara Eropa sudah memulainya sejak akhir Desember atau awal Januari. AS juga sudah, tetapi menjadi rumit karena ada transisi kekuasaan yang proses politiknya nggak kalah rumit.

Bagaimana dengan bangsa-bangsa Asia?

Pak Jokowi memimpin vaksinasi di negeri +62, dibarengi proses distribusi ke berbagai daerah, setelah dikemas oleh oleh Bio Farma di Bandung.

Juga dibarengi nyinyiran mereka yang antivaksin –yang biasanya sepaket dengan antiJokowi kecuali seorang anggota parlemen—tapi disambut meriah oleh sebagian besar warga yang sudah capek “dikerangkeng” di dalam rumah berbulan-bulan tanpa kepastian.

India juga sedang merancang tahapan vaksinasi massal terbesar di dunia, melibatkan kurang lebih sasaran sekitar 300 juta orang dari 1,3 miliar penduduk negeri Asia Selatan itu.

India mengalami persebaran virus yang relatif masif, dengan penanganan yang sedikit berantakan dan menimbulkan korban menyusul kebijakan lockdown nasional beberapa waktu silam.

Sebagian mati bukan karena virus, tapi karena kekacauan yang ditimbulkan akibat lokdon nasional.

Negeri pecahan India yang sekarang menjadi tetangga dan sering kurang akur -Pakistan-, juga sudah menyetujui vaksin yang dibuat AstraZeneca untuk penggunaan darurat.

Pakistan, sama seperti negara-negara lainnya, juga masih menghadapi gelombang kedua penularan yang relatif parah dan memerlukan tindakan cepat.

Tingkat kematian akibat Covid-19 di Pakistan mencapai sekitar 11 ribu orang, dengan jumlah terjangkit sekitar 500 ribu lebih manusia, dari total penduduk yang berjumlah lebih dari 210 juta jiwa.

Pemerintah sudah membeli jutaan dosis vaksin Sinopharm, tetapi masih memerlukan persetujuan dari BPOM-nya Pakistan.

Mereka juga sedang membicarakan pengadaan puluhan juta dosis vaksin lainnya dengan perusahaan vaksin asal China CanSinoBio.

Baca Juga  Info Milenial: Hyunjin kembali bersama Stray Kids mulai Juli

Kamboja, negara Asia lainnya, juga sedang menyiapkan serah terima 1 juta dosis vaksin dari China untuk warganya.

Hun Sen, pemimpin kawakan negeri pagoda itu, memilih vaksin produksi Sinovac daripada buatan produsen vaksin lainnya COVAX.

Vietnam –negeri yang pernah berseteru lama dengan Kamboja– juga sama.

Bahkan, negeri komunis yang dipandang salah satu yang paling berhasil menangani penularan virus itu sudah merencanakan produksi vaksin buatan negeri sendiri pada tahun depan.

Negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Jepang, juga sudah mulai memasuki gelombang vaksinasi massal, dengan segala target dan keruwetan domestik yang dihadapi masing-masing tentu saja.

Singapura berambisi menjadi vaccine hub di Asia, dengan membangun pusat vaksinasi besar di kawasan Changi.

Sementara Malaysia dihadapkan pada kerumitan politik dalam negeri akibat mengganasnya gelombang kedua penularan, kebijakan lockdown, dan keragu-raguan pemerintahan yang berkuasa untuk memilih jenis vaksin yang mana yang akan digunakan, yang membuat mereka jadi ketinggalan dalam gelombang besar vaksinasi bangsa-bangsa.

Pilihan mereka untuk menggunakan vaksin produksi Pfizer-BionTech pun dikecam di dalam negeri karena vaksin ini bisa berbeda untuk setiap ras, dan Pfizer lebih cocok untuk orang-orang bule Eropa dan Amerika.

Kecaman, memang biasanya datang pada situasi kepanikan.

Turki, negeri dengan dua identitas –Asia dan Eropa—juga sudah menetapkan langkah dengan mengambil pilihan pada vaksin produksi Sinovac.

Sama seperti yang dipilih Indonesia. Sementara Filipina lebih suka dengan produk Pfizer-BionTech.

Australia, negeri benua yang dekat dengan Asia memilih menggunakan AstraZeneca.

Gelombang vaksinasi massal di negara-negara Asia, memang sangat dipengaruhi oleh keputusan politik dari setiap pemerintahan bangsa-bangsa, tetapi juga ditentukan oleh keberanian pemimpinnya mengambil tindakan cepat, prosedur yang gegas tetapi jelas, dan rencana selanjutnya yang seperti apa.

Baca Juga  Alois Wisnuhardana: Menyalip Ditikungan Pandemi

Jokowi dijadikan salah satu referensi pengambilan keputusan yang cepat ketika memutuskan untuk menggunakan Sinovac.

Tak heran warga Malaysia sedikit cemburu Indonesia bisa mendapatkan vaksin terlebih dahulu dibanding mereka.

Keputusan pemerintahannya untuk memprioritaskan vaksinasi untuk mereka yang berumur produktif dan sehat juga menjadi acuan, ketika ada negara di Eropa yang kebingungan untuk menentukan, yang mau divaksin warga yang sudah sepuh terlebih dahulu atau yang lebih mudaan.

Kita mungkin merekam dengan baik kegaduhan dan keributan tentang vaksinasi yang dijalankan pemerintahan Jokowi.

Tapi sesungguhnya, kegaduhan yang lebih keras juga terjadi di hampir setiap bangsa dan negara. Kita saja yang tidak terlalu ngeh bentuknya seperti apa.

Tapi tantangan program vaksinasi di Indonesia sudah pasti lebih berat dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.

India atau Pakistan, memang memiliki jumlah penduduk raksasa, tapi mereka berdua tidak dihadapkan pada kendala geografis berpulau-pulau seperti Indonesia. Distribusi bisa dilakukan lebih mudah.

Padahal, distribusi vaksin memerlukan perlakuan khusus, terutama pengondisian vaksin pada suhu tertentu tergantung jenis vaksin dan produsennya.

Ada yang cukup dikemas dalam suhu minus beberapa derajat celcius, tapi ada pula yang harus dengan kontainer khusus pada kondisi minus beberapa puluh derajat.

Sebulan dua bulan ke depan, sudah barang tentu kita akan disodorkan berita-berita tentang pelaksanaan vaksinasi itu di banyak negara, dengan segala varian informasi di dalamnya.

Yang selama ini lebih suka menghisap-hisap informasi negatif, mungkin akan lebih suka membaca vaksin bikin si anu mati, vaksin bikin si una lumpuh, vaksin bikin otong layuh, atau semacamnya.

Tapi mereka yang sudah terbiasa menyedot informasi-informasi yang membuat imun naik –karena mengurangi rasa cemas, khawatir, atau takut—mungkin akan dibanjiri oleh berita-berita yang sedikit optimistik.

Baca Juga  Enggan Bawa IKSB Ke Politik Praktis, Al Ichsan Mundur Dari Ketua Harian

Bangsa-bangsa belum selesai dengan pertarungan lanjutan melawan musuh tak kelihatan –virus Covid-19.

Tapi pilihan untuk bisa selamat dari medan perang sudah tersedia.

Tinggal canggih-canggihnya bangsa-bangsa itu, juga kita-kita, mencari jalan terbaik menuju masa damai-normal dan melanjutkan kehidupan yang lebih lebih wajar.

Tanpa takut. Tanpa cemas. Menghadapi musuh tak kasat mata. (*)

Click Bener Subscribe youtube Gurindam.id

Tinggalkan Komentar

LIKE FANPAGE

Our Visitor

156153
Users Last 30 days : 8219
Users This Month : 1165
Views This Year : 52483
Who's Online : 1
Your IP Address : 44.200.94.150
Server Time : 2024-10-13
Baca Informasi Berita Aktual Dari Sumber terpercaya