GURINDAM.ID- Manusia adalah makhluk yang sangat rentan dalam menghadapi kehidupan, sehingga manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan satu dengan yang lainnya berupa pertolongan gurindam berisi tentang bersajak.
Dalam kehidupannya sekecil apapun itu seperti halnya sebuah nasehat yang diberikan oleh siapa pun baik itu dari guru, orang tua, teman, atau pun orang yang tidak kita kenal sekali pun.
Nasehat atau motivasi adalah hal kecil yang tidak perlu modal untuk membantu seseorang Ketika memiliki permasalahan dalam hidupnya namun nasehat juga bisa menjadi sebuah prinsip hidup yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik dan mengerti arti sebuah kehidupan serta membuat diri menjadi lebih arif.
Namun tidaklah mudah untuk memberikan nasehat kepada orang lain dengan baik dan benar karena membutuhkan ilmu yang banyak sehingga dapat di manfaatkan dengan baik serta pengalaman dalam sebuah kehidupan.
Sebab Ketika tidak pernah mengalami atau pun mengetahui sebuah masalah atau kejadian kita tidak dapat menyelesaikannya dengan mudah butuh ilmu dan pengalaman serta proses untuk menyelesaikannya.
Makanya biasanya yang memberikan Nasehat ialah orang orang yang hebat serta memiliki wawasan dan pengalaman yang luas.
Salah satu manuskrip yang saya baca adalah gurindam 12 yang berisikan beberapa nasehat yang sangat bermanfaat dalam kehidupan kita untuk memiliki prinsip dalam hidup ini.
Karena sebuah kata kata yang dapat dirangkai dengan baik dan indah dapat melahirkan sebuah kekuatan mental yang kuat dalam diri kita, itulah hebatnya sebuah sastra.
Apa itu Gurindam 12?
Gurindam adalah sebuah karya sastra kuno dalam bentuk puisi yang terdiri dari dua baris kalimat yang memiliki rima atau sajak yang sama. Gurindam sendiri memiliki lebih dari satu bait yang terdiri dari dua baris per bait. Baris pertama dari gurindam adalah baris dari syarat, masalah, persoalan atau perjanjian dan baris kedua adalah jawaban atau hasil dari masalah atau hal hal yang terjadi pada baris pertama.
Gurindam 12 adalah salah satu manuskrip Nusantara sebuah karya yang diciptakan oleh seorang raja yang bernama Raja Ali Haji dari pulau penyengat, pusat pentadbiran Kerajaan Riau-Lingga (sekarang: sebuah kelurahan di lingkungan Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau).
Jasa beliau di bidang Bahasa dan persuaratan(Sastra) Melayu diperakui oleh Pemerintahan Republik Indonesia, sehingga beliau diberi anugerah gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2006.
Keberadaan Manuskrip asli tersebut berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia nomor koleksi W 233. Akan tetapi disini saya akan menampilkan hasil Salinan naskahnya yang di salin oleh Afifuddin yang telah dipamerkan sempena Festival Naskah Nusantara IV pada tanggal 14-22 September 2018 yang di selenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) di Jakarta.
Namun Dalam manuskrip ini saya hanya bisa menguraikan berisi pasal pertama memiliki 6 bait yang pasti berisikan nasehat tentang sebuah konsep dasar akidah dan tasawuf dalam ajaran islam karena sesungguhanya Raja Ali Haji adalah seorang muslim yang hebat.
Berikut adalah kutikan pasal pertama dari sebuah Salinan manuskrip Gurindam 12 yang sudah di transliterasi:
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulan ia dunia mudharat
Makna yang di sampaikan!
Dalam Bait pertama fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya agama bagi kehidupan manusia. Maksud dari kutipan tersebut adalah bila seseorang hidup tanpa agama atau beragama tapi tidak menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama, maka orang tersebut tidak akan memiliki manfaat atau tujuan dalam hidupnya. Maka dari itu memilki agama adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia.
Bait kedua fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia mengenal yang empat. Maksud dari kutipan tersebut adalah pentingnya manusia mengenal yang empat.
Empat di sini adalah suatu ajaran, yakni mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat.
Disebutkan bahwa jika seseorang yang empat tersebut, maka orang tersebut akan menjadi orang yang makrifat (orang yang tingkat kedekatannya dengan Tuhan lebih dari pada orang biasa, ketika orang telah mencapai tingkatan makrifat, Tuhan akan memberikan pengetahuan tentang segala hal yang ada di dunia dan juga dapat mengetahui kehendak Tuhan.
Bait ketiga fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia mengenal Allah.
Kutipan tersebut menunjukkan makna tentang pentingnya kepercayaan kepada Allah. Kepercayaan ini adalah berupa pengetahuan tentang sifat-sifat wajib Allah.
Bila sudah mengenal Allah, niscaya orang tersebut tidak akan menyalah perintah dan larangan Allah, yaitu menjalankan perintahNya dan menjauhi LaranganNya.
Bait keempat fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia mengenal diri.
Maksud dari mengenal diri adalah mengenal diri yang hakiki dan sedalam-dalamnya. Tahu bahwa diri ini hanya makhluk ciptaan, tahu mengapa Tuhan memberi nama seperti itu, tahu mengapa Tuhan melahirkan di tempat dan tahun seperti itu.
Dan usaha mengenal diri tidak cukup 1-2 tahun saja, tetapi membutuhkan waktu yang amat lama untuk mengenal diri sendiri.
Disebutkan bahwa orang yang benar-benar telah mengenali dirinya niscaya orang tersebut telah mengenal Tuhan. Sebagai mana ungkapan dari seorang ulama sufi:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه
Artinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”
Bait kelima fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia mengenal dunia. Maksud dari mengenal dunia dalam hal ini bukan hanya semata-mata tahu segala nama yang ada di dunia, dari nama negara, sampai nama benda terkecil di dunia.
Akan tetapi mengetahui fungsi atau kegunaan dunia. Ketika seseorang telah mengenal dunia, fungsi dan kegunaannya, maka orang tersebut tidak akan tertipu dengan dunia.
Bait keenam fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia mengenal akhirat.
Kutipan di atas mengandung maksud bahwa mengenal akhirat yaitu mengetahui bagaimana kehidupan setelah kehidupan di dunia.
Ketika seseorang telah mengenal akhirat, maka ia akan tahu hal (benda atau pekerjaan) di dunia yang membawa kemudharatan, atau kejelekan.(**)
Salinan: Teddy Isna Pertama (Mahasiswa UIN Jakarta)