Oleh: Fiam Mustamin
GURINDAM.ID- AKSARA Lontara yang ditulis dalam huruf melayu, saya temukan 32 tahun silam. Saya membacanya berulang untuk dapat memaknai dari pesan pesan yang tersurat itu.
Kemudian saya mensarikannya seperti judul tulisan ini. Saya menemukan tiga hal utama yaitu nama bulan arab dari Muharram dan seterusnya, nama tahun dan sifatnya sifatnya yang disimbolkan dengan nama binatang dan musim.
Nama hewan yang disimbolkan; Jing yaitu Bawi/Babi, Sai dimaksud Naga, Tedong artinya Kerbau dan Wau yang artinya Ular/ Ula dan Anyarang / Kuda.
Kemudian menyenut dua musim yaitu Bosi/ penghujan dan Tikka/ kemarau.
Lalu bagian ketiga ini ialah nama hari dari Juma/jumat sampai jumat berikutnya.
Petunjuk Waktu
LIMA Petunjuk waktu yang masih kita temui dalam tradisi hajat orang Bugis.
Simbol waktu yang menjadi pedoman/ pananrang itu ialah : Lobbang/kosong/nihil, Wuju/jasad/mati, Tuwo/ hidup, Polebola/berada di tempat dan Mallise/ berisi untuk kesejahteraan hidup.
Simbol itu berada di semua hari, hanya waktunya yang berbeda beda. Waktu pagi dari jam O6 sampai 09. Dari jam 09 ke jam 12, jam 12, jam 13 dan jam 14.
Untuk hajat pernikahan umumnya memilih hari Minggu, Senen dan Rabu.
Atau jam 16 di semua hari kecuali hari Senen.
Pedoman lontara warisan leluhur itu dipraktekkan dalam kehidupan bercocok tanam, berniaga dan bepergian.
Orang tua terdahulu bila akan pergi berburu ia membaca lontara atau ke medan perang permusuhan.
Tidak akan berangkat di waktu uju/jenazah, bahkan dia berangkat setelah meyakini kemenangannya, disebut Lettu Memengno Muinappa Lao/ sudah menghadirkan jiwanya dan sudah memenangkan peperangan itu baru wujud pisiknya berangkat.
Pesan lontara ini dituliskan dalam buku Jati Diri Manusis Bugis/ Mppatepu, Prof Mashadi Said, 2016.
Tanda Tanda Alam
BEGITUPUN Dalam kehidupan bepergian/ pelayaran, orang Bugis dapat mereka : Membaca Laut, judul buku kumpulan puisi penyair Aspar Paturusi.
Pelaut itu dapat membaca isyarat alam dari Bintang, Rasa Anging, Gumpalan Awan, Arus Gelombang, Bau Alir dan Dalamnya laut.
Dengan itu mereka dapat mengambil tindakan dan berdialog batin dengan alam, seperti dituliskan dalam sejarah penemuan benua Amerika.
Perahu Bugis Makassar mati angin di pelayaran bumi itu, lalu berteriak Daeng Gassing ke arah angin dengan, Ammiriko Anging/ bertiuplah angin.
Disambut an diikuti oleh suku asli tanpa baju dengan, Anmrikko
Antara lain itu catatan penemuan benua Amerika sebagaimana yang ditulis oleh Iman Ahmanuddin Kurnia, Amerika is Country of Risk Taker/ kumpulan orang orang pelarian.
Dalam kehidupan bercocok tanam, orang Bugis berpedoman pada pada musim.
Ketika akan menanam ia memandang ke arah gumpalan awan, seolah mengatakan bahwa tanamannya akan hidup dengan air hujan yang dikandung oleh gumpalan awan itu.
Beranda inspirasi Ciliwung 17 September 2021