Koordinasi Komoditas Termahal

GURINDAM.ID- Seperti kita ketahui, koordinasi adalah inti dari manajemen dan merupakan bagian integral dari semua fungsi manajerial.

Lalu, sebenarnya apa arti koordinasi itu, dan seperti apa sih, berikut catatan ringan dari Alois Wisnuhardana salin Gurindam.id.

Di Indonesia, komoditas termahal di dunia organisasi — baik korporasi maupun birokrasi — adalah koordinasi.

Dulu saya sering mengalami, rapat yang seharusnya dihadiri oleh Menteri, terpaksa didelegasikan ke Dirjen atau Deputi.

Rapat yang seharusnya dipimpin Dirjen atau Deputi, terpaksa didelegasikan kepada Direktur atau Kepala Biro.

Di level korporasi, para manajer menengah sering pontang-panting mengikuti rapat sana-sini, yang memerlukan kehadirannya. Karena posisinya di tengah, ia diseret ke atas atau ke bawah, dalam waktu yang bersamaan.

Waktu masih bekerja di dunia korporasi privat di Kompas Gramedia, situasinya juga sama, meski tak sesering dan serumit ketika di Kantor Staf Presiden atau Asisten Jubir Presiden.

Akibatnya, koordinasi sering kacau balau karena keputusan tak segera diambil. Rapat harus diulang-ulang sampai berkali-kali hanya untuk menentukan satu langkah berikutnya.

Adanya pandemi, membuat koordinasi menjadi terasa lebih mudah. Orang bisa mengikuti dua tiga meeting dalam waktu yang bersamaan, tanpa harus bepergian ke sana ke mari yang menghabiskan waktu dan memacetkan jalan. Orang-orang seperti ini, justru merasa waktunya makin produktif di tengah pandemi.

Dulu ada pandangan, bisa meeting 3 kali sehari di Jakarta itu sudah istimewa. Macet di jalan, umumnya jadi alasan.

Apalagi, kalau jarak tempuhnya dari timur ke barat atau utara ke selatan mengarungi tengah kota. Mampuslah dia.

Sekarang, orang bisa punya jadwal meeting dari jam 7.00 pagi, lalu geser ke 8.00, geser lagi ke 9.00, lalu geser lagi ke 10.30-12.00.

Setengah hari, sudah bisa empat meeting terlewati. Dan karena nggak gerak ke mana-mana, jadwal meeting bisa merayap dari setelah makan siang sampai jauh setelah makan malam. Jam 22 atau 23.00.

Belum lagi undangan webinar, zoominar, dan istilah-istilah lainnya berbau-bau nar itu. Pokoknya malah makin suibuk.

Kalau dulu orang merasa punya dua atau lebih ponsel untuk keperluan-keperluan spesial –karena yayangnya banyak, karena urusannya banyak, karena karena lainnya– sekarang orang punya alasan tambahan untuk menambah satu ponsel. Meetingnya makin banyak dan dalam waktu bersamaan.(**)

Oleh: Alois Wisnuhardana,
Happy Eximbanker, personal note