KEPRI– Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merupakan salah satu menteri yang sangat sibuk saat itu, di tengah musibah pandemi Covid-19 pada dua tahun lalu.
Oleh Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Partai Golkar ini dipercaya juga memikul jabatan sebagai ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Sebelum mengemban amanah sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Menko Perekonomian, dan Ketua KPC-PEN, Airlangga Hartarto pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dua periode.
Kabar terbaru dari Provinsi Kepri, dimana sang cucu dari salah satu pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Airlangga Hartarto terus mengabdikan diri untuk Indonesia, di Kepri dirinya terima penghargaan dari lima (5) entitas keagamaan se-Kepri.
Hal tersebut sehubungan dengan pemberian hibah entitas sarana armada kesehatan berupa kendaraan Ambulance lima unit.
Ini adalah sesuatu yang luar biasa dan sebuah perhatian dari kelompok keagamaan tersebut, karena memang selama ini mereka sangat membutuhkannya.
Meraka dari Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah, Vihara Grha Buddha Manggala, Gereja Manhope dan penerima selanjutnya yaitu Badan Kerja Sama Antar Gereja serta yang kelima Perkumpulan Marga Tan.
Kesemuanya entitas atau kelompok tersebut berada dan beralamat serta beraktifitas di Provinsi Kepulauan Riau.
“Pengabdian sebagai wakil rakyat, pengabdi dan pelayan rakyat Kepri tidak cukup sampai disini saja,” ungkap Cen Sui Lan Politisi Partai Golkar Didampingi Agustar tenaga ahli DPR RI belum lama ini berkaitan partisipasi bantuan lima (5) ambulan buat lima entitas tersebut.
Lebih jauh Cen Sui Lan Mengatakan dirinya akan terus memprioritaskan pembangunan dan terus berpartisipasi dalam hal apa saja keperluan yang dibutuhkan di Kepri.
Berkaitan dengan dengan hari merdeka pada bulan ceria Agustus 2022 ini, sebagai rasa bersyukur dan totalitas berkarya buat rakyat, kata CSL.
“Partisipasi kami yakni bantuan armada kesehatan itu semoga berarti besar bagi masyarakat luas yang menggunakannya, dan kani himbau digunakan sebaik-baiknya,” pungkas Cen Sui Lan.
Sebelumnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui perannya dalam Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) juga telah aktif bersinergi dengan BAZNAS dan berbagai Kementerian/Lembaga untuk mendorong peningkatan indeks keuangan inklusif melalui pemberdayaan zakat.
Pengumpulan dan penyaluran zakat melalui layanan keuangan digital, serta penggunaan rekening lembaga keuangan formal merupakan salah satu bentuk implementasi keuangan inklusif yang mendukung pemulihan ekonomi nasional menghadapi pandemi Covid-19.
Berbagai bentuk dukungan Kemenko Perekonomian dalam pemberdayaan zakat tersebut mendapatkan apresiasi dalam BAZNAS Award tahun 2022 di Jakarta.
Airlangga adalah sosok yang sukses pada bidang pendidikan, dunia usaha, dan politik. Dia juga merupakan keturunan pejuang kemerdekaan.
Diberitakan sebelumnya dari werb partaigolkar.com Airlangga merupakan salah satu cucu dari tanah sunda seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Sukabumi Jawa Barat, yakni R.H. Didi Sukardi.
Nama Didi Sukardi diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Sukabumi.
Airlangga sendiri adalah putra dari R. Hartini Sukardi (putri Didi Sukardi) dan Hartarto Sastrosunarto.
Masyarakat setempat menganggap bahwa Didi Sukardi adalah salah satu tokoh yang patut dihargai dengan melihat jasa-jasa beliau memperjuangan peningkatan taraf hidup rakyat Sukabumi.
Dia terus berusaha memajukan daerah Sukabumi dan terus memberikan kontribusi yang terbaik, serta memiliki keyakinan bahwa berjuang dan berkarya untuk mencapai hasil besar justru harus dimulai dari hal yang kecil.
Menurut artikel dari Dr. Yuda Benharry Tangkilisan yang berjudul “R.H. Didi Sukardi and The Negara Pasundan: A Nationalist In The Federal State During The Indonesia Revolution 1945-1949“, kakek Airlangga itu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh terutama bagi Sukabumi.
Didi Sukardi merupakan tokoh masyarakat Sukabumi terutama saat masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dia merupakan tokoh nasionalis di kancah negara federal. Ini dapat dilihat dari pemikiran nasionalistik yang terdapat dalam pidato-pidatonya.
Didi Sukardi sendiri awalnya seorang pengusaha perkebunan. Akhir tahun 1920, dia juga menjadi Dewan Kabupaten Sukabumi. Kemudian dia juga menjadi ketua cabang dari Paguyuban Pasundan.
Sebelum kedatangan Jepang, Didi Sukardi sempat menjadi pemimpin dari Partai Indonesia Raya dan juga Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI). Ketika zaman pendudukan Jepang, dia menjadi petugas penghubung dari Pembela Tanah Air (PETA).
Ketika proklamasi kemerdekaan, dia berada di Sukabumi. Dia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia di Sukabumi.
Komite ini memiliki kontribusi terhadap ide mengirim delegasi ke pemerintahan militer Jepang di Bogor.
Dia bernegosiasi dengan penguasa Jepang dari syuchokan tentang permintaan untuk transfer kekuasaan kepada republik baru.
Jepang merespon permintaan dengan kebijakan mempertahankan status quo, yaitu hanya mengikuti perintah negara-negara sekutu. Akibatnya pecah pertempuran Bojongkokosan.
Setelah perang berakhir, Didi Sukardi diangkat menjadi Menteri di Negara Federal Pasundan. Setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, dia menjadi anggota Dewan Konstituante.
Dari banyak pemberitaan, Airlangga Hartarto diketahui beberapa kali berziarah ke pemakaman kakeknya itu, di TPU Ciandam, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.
Salah satu paman Airlangga dan juga anak Didi Sukardi adalah Letkol Edi Sukardi.
Letkol Edi tercatat sebagai pemimpin dalam pertempuran Bojongkokosan yang terjadi di Sukabumi, 9 Desember 1945. Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.
Dalam pertempuran Bojongkokosan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan berbagai spektrum laskar rakyat, baik kiri maupun kanan, mencegat tentara Inggris.
Sebanyak 73 anggota TKR gugur, begitu juga lebih dari 80 orang tentara Inggris tewas.
Letkol Edi pensiun dini dari dinas ketentaraan pada tahun 1957. Dia meninggal dunia di Bandung, 5 September 2014 dalam usia 98 tahun.
Letkol Edi tidak kenal lelah membantu kehidupan para veteran pertempuran Bojongkokosan.
(Dia)