GURINDAM.ID – Dalam sebuah upacara khidmat di atas Geladak Heli KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat, Kamis (2/10/2025), Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Yudha Dharma Pratama dan Samkaryanugraha kepada para prajurit dan satuan TNI yang berjasa.
Saat itulah, Pangkalan TNI AU Raden Sadjad (Lanud RSA) Natuna menerima penghargaan Samkaryanugraha, sebuah pengakuan negara atas dedikasi yang tidak ternilai.
Namun, di balik gemerlap medali dan protokoler kenegaraan, terselip sebuah kisah yang dalam sebuah janji yang digemakan di tengah ketakutan global dan ditepati bertahun-tahun kemudian. Narasi ini bermula dari sebuah hanggar di Pulau Natuna pada puncak ketidakpastian pandemi.

Babak Awal Sebuah Ujian Kemanusiaan
Bayangkan Februari 2020. Dunia gempar dengan wabah misterius. Saat itu, Indonesia, dengan jantung yang berdebar, memutuskan untuk memulangkan 243 WNI dari episentrum wabah, Wuhan. Tempat karantina yang dipilih, Pulau Natuna. Sebuah pilihan yang menimbulkan kecemasan, tetapi juga menjadi panggung bagi solidaritas dan keberanian.
Menteri Pertahanan saat itu, Prabowo Subianto, bersama Menkes Dr. Terawan, hadir langsung di Hanggar Lanud Raden Sadjad, Ranai, pada 5 Februari 2020. Kedatangannya bukan sekadar kunjungan formal, melainkan sebuah misi penenang dan peneguh.
“Masyarakat harus yakin bahwa pemerintah selalu mengutamakan keselamatan masyarakat tanpa terkecuali,” seru Prabowo kala itu, membawa pesan ketenangan bagi warga Natuna yang cemas. Ia meyakinkan bahwa standar penanganan sangat ketat, dan keselamatan semua pihak adalah yang utama.

Usai memberikan pernyataan, sebuah momen yang powerful tertangkap kamera. Prabowo tidak langsung pergi. Ia menyalami para prajurit satu per satu. Lalu, ia menggenggam erat tangan Komandan Lanud RSA saat itu, Marsma TNI Farlyanto.
Dalam gambar yang bisu namun penuh makna itu, terpancar sebuah pesan yang dalam. Sebuah caption di media sosial kala itu berusaha menerjemahkan bahasa batin sang pemimpin: “Mari bersama kita bantu rakyat Natuna.”
Genggaman itu adalah simbol. Sebuah janji tanpa kata bahwa pengabdian mereka, di garis terdepan, tidak akan pernah dilupakan.

Lima Tahun Kemudian: Janji Itu Diteguhkan Kembali
Lompatan waktu ke tahun 2025. Prabowo Subianto kini telah menjadi Presiden Republik Indonesia. Dalam sebuah upacara di tengah laut, ia memenuhi janji yang mungkin terpatri sejak genggaman tangan di Natuna itu.
“Saudara-saudara sekalian, hari ini kita menyampaikan beberapa penghargaan kepada para patriot yang telah berjasa memberi pengabdian yang terbaik selama kariernya,” ujar Presiden Prabowo, seperti dikutip dalam keterangan pers.
Penghargaan Samkaryanugraha untuk Lanud RSA Natuna bukanlah sekadar piagam. Itu adalah pengakuan resmi negara atas peran krusial pangkalan itu dalam operasi kemanusiaan karantina 243 WNI dari Wuhan, selain tugasnya menjaga kedaulatan di perbatasan.
Penghargaan itu diterima langsung oleh Komandan Lanud RSA, Marsma TNI Onesmus Gede Rai Aryadi, mewakili semua prajurit yang pernah berjaga.
Usai menganugerahkan penghargaan, Presiden Prabowo berpesan dengan nada teduh, “Jaga terus kehormatan bangsa dan negara, utamakan selalu pengabdian kepada bangsa dan rakyat. Jangan pernah mengkhianati bangsa negara dan rakyat Indonesia,” tegas Presiden.
(Rky)