Oleh Mohamad Sinal
GURINDAM.ID- Orang sering berkata, “Tetaplah berjalan, karena di ujung jalan akan ada keindahan.” Sebuah kalimat yang menggugah hati, membangkitkan harapan, dan mendorong langkah-langkah yang mulai lelah. Tapi siapa sangka, di ujung jalan yang indah itu, ternyata tidak selalu seperti yang kita bayangkan.
Semua orang tentu mengira bahwa sukses adalah gemerlap panggung, penghormatan, dan hidup tanpa luka.
Namun realitanya hidup bukan skenario romantik yang disusun oleh penulis dongeng. Jalan hidup sejatinya adalah bentang liku yang menyembunyikan ujian di balik tiap senyum dan badai di balik setiap cahaya.
Mimpi yang Ditertawakan
Dulu, di sebuah desa nelayan kecil, ada kisah seorang anak dari keluarga yang akrab dengan laut dan kemiskinan. Rumahnya berdinding tembok ala kadarnya, sementara lantainya retak-retak dibiakaan begitu saja. Namun, langit-langitnya penuh doa seorang ibu yang lirih setiap malam tiba.
Ayahnya sering berkata, “Sekolah tinggi-tinggi itu, bukan untuk orang seperti kita.” Tapi entah mengapa, anak itu selalu percaya bahwa hidup lebih luas dari garis cakrawala pantai tempat ia biasa duduk termenung. Kemudian, dijalaninya semua proses yang ada tanpa perasaan canggung.
Mimpi untuk sekolah ke kota pernah ditertawakan. Oleh siapa? Oleh para tetangga, oleh teman sepermainan, bahkan oleh suara di dalam kepalanya sendiri. Tapi ia tahu: mimpi yang ditertawakan adalah benih yang bisa tumbuh diam-diam, selama dirawat dengan kerja keras dan keyakinan.
Jalan Berliku yang Tak Tertulis
Tidak ada peta menuju sukses. Yang ada hanyalah kompas batin, yang kadang goyah oleh keputusasaan dan badai kegagalan. Dia pernah gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi. Pernah merasa malu karena hanya bisa membayar uang kuliah dari hasil kerja sambilan sebagai guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) swasta.
Namun dia belajar satu hal: hidup tidak pernah menjanjikan keadilan. Namun hidup, selalu menyediakan kesempatan bagi yang tidak berhenti mencari. Dalam diam, dia menata ulang luka-luka, merawat keyakinan, dan menambal harapan dengan doa ibu dan semangat ayahnya.
Menemukan Diri di Tengah Retakan
Ketika akhirnya dia mengenakan toga dan berdiri sebagai wisudawan terbaik, perasaan itu aneh: dia tidak merasa menang, tapi merasa kosong. “Apakah ini sukses yang ia cari?” tanyanya dalam hati. Rupanya, di ujung jalan yang tampak indah itu, dia tidak menemukan kemewahan atau pengakuan seperti yang ia impikan
Sebaliknya, ia justru menemukan tanggung jawab, rasa hampa, dan tantangan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Di situlah letak kebijaksanaan hidup ditemukan. Sukses sejati bukan tentang mencapai puncak, tetapi siapa yang selalu berproses menuju pendakian.
Dia menemukan versi dirinya yang baru. Versi yang lebih lembut, lebih dalam, dan lebih memahami orang lain. Ternyata, keindahan tidak selalu ada pada apa yang tampak, tapi pada cara kita memandangnya.
Filosofi di Balik Ujung Jalan
Bahagia itu tidak seperti yang dijanjikan film-film. Ia tidak selalu berupa tawa, pesta, atau cinta yang dramatis. Bahagia ternyata bisa hadir dalam secangkir kopi di pagi hari. Dalam ucapan seorang anak yang berkata, “Ayah, aku bangga padamu.”
Ternyata, di ujung jalan yang indah, belum tentu ditemukan surga. Namun, bisa ditemukan versi kehidupan yang lebih nyata: diwarnai rasa lelah, kadang kecewa, tapi penuh syukur. Apabila diisi dengan hal-hal sederhana dan bermanfaat, bisa menjadi sumber kekuatan tak ternilai.
Hidup tidak pernah bergerak dalam garis lurus. Ia seperti sungai yang meliuk, kadang tersesat, tapi selalu bergerak ke arah laut. Keindahan hidup juga demikian, bukan terletak pada seberapa cepat kita sampai ke tujuan, tapi seberapa bermakna setiap langkah yang dilakukan.
Selain itu, seberapa tulus kita berdamai dengan luka. Seberapa dalam kita mencintai proses. Bukan karena badai akan hilang, tapi karena kita akan tumbuh menjadi seseorang yang bisa menari di dalamnya.
Kisah tersebut bukanlah tentang kemenangan, namun tentang perjalanan. Tentang betapa keindahan seringkali tersembunyi di balik hal-hal yang tidak diduga.
Oleh sebab itu, jika hari ini belum sampai pada tujuan yang diimpikan, jangan menyerah. Mungkin kita sedang diajak Tuhan menempuh rute yang lebih indah dari yang kita rancang.
Sebab di ujung jalan yang indah, memang tidak seperti yang kita bayangkan. Tapi bisa jadi, jauh lebih indah dari doa yang kita ucapkan.
Hanya di tangan-Nya segala keindahan, hanya dengan rido-Nya, semua akan menjadi kenyataan. Oleh karenaa itu, ikhtiar dan doa jangan pernah kita tinggalkan.
Penulis adalah Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.