GURINDAM.ID – Pemerintah China melalui Huaneng Group, salah satu dari lima perusahaan pembangkit listrik terbesar di negara itu, secara resmi meluncurkan armada truk tambang listrik otonom terbesar di dunia. Sebanyak 100 unit truk tanpa pengemudi mulai beroperasi di Tambang Terbuka Yimin, Mongolia Dalam, menandai babak baru dalam revolusi industri pertambangan global.
Armada truk otonom ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara: Huaneng Ruichi (anak perusahaan Huaneng Group), Xuzhou Construction Machinery Group (XCMG), Huawei Technologies, tate Grid Smart Internet of Vehicles.
Setiap unit truk memiliki kapasitas angkut 90 ton dengan spesifikasi teknis, Baterai lithium iron phosphate 564 kWh, Jarak tempuh 60 km per pengisian Tahan suhu ekstrem hingga -40°C, Kecepatan operasional maksimum 50 km/jam.
Armada ini mengandalkan jaringan 5G-Advanced (5G-A) yang memungkinkan, Latensi ultra-rendah (<10ms), Kecepatan transmisi data hingga 10 GbpsK, omunikasi real-time dengan pusat kendali cloud, Pemetaan dinamis dan navigasi presisi.
“Implementasi teknologi ini meningkatkan efisiensi operasional sebesar 20% dibanding sistem konvensional,” jelas Li Shuxue, Direktur Huaneng Inner Mongolia Eastern Energy Co., Ltd dalam konferensi pers peluncuran.
Peluncuran ini merupakan bagian dari:
1. Strategi Keamanan Energi Nasional China 2025
2. Program Smart Mining Initiative
3. Komitmen Net-Zero Emission 2060
Pemerintah China menargetkan ekspansi armada menjadi 300 unit dalam tiga tahun mendatang, dengan potensi pengurangan emisi karbon hingga 120.000 ton per tahun.
Dr. Zhang Wei, pakar otomasi industri dari Tsinghua University, menyatakan: “Inovasi ini tidak hanya merevolusi operasional tambang, tetapi juga menciptakan standar baru dalam industri pertambangan global. Desain tanpa kabin meningkatkan keselamatan sekaligus mengurangi biaya operasional hingga 30%,” lugasnya.
Berdasarkan data Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China, pasar kendaraan otonom industri diproyeksikan tumbuh 25% CAGR hingga 2030, dengan nilai pasar mencapai USD 15 miliar.
Meski menjanjikan, implementasi teknologi ini menghadapi tantangan, Ketersediaan infrastruktur 5G-A di area terpencil, nvestasi awal yang besar serta Adaptasi tenaga kerja. Namun, peluang yang terbuka mencakup, Pengembangan ekosistem industri 4.0, Peningkatan daya saing global, Transfer teknologi ke sektor industri berat lainnya.
Peluncuran armada truk otonom ini menegaskan posisi China sebagai pionir dalam transformasi industri berbasis teknologi bersih. Inisiatif ini tidak hanya merepresentasikan lompatan teknologi, tetapi juga komitmen nyata dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di sektor pertambangan global.
(Pia/grd)