Presiden Jokowi Niat Ke Anambas, Ada Jejak Sejarah Dunia Negeri Terkenal Potensi Pariwisata dan Perikanan

ANAMBAS, GURINDAM.ID- Kabar terbaru Pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara inggin sekali ke Pulau Anambas, dimana daerah ini banyak menyimpan catatan sejarah Dunia, serta potensi alam dan perikanan, hal ini dibenarkan Abdul Haris Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas.

” Ya benar kabar ini, kami selaku pemerintah Kabupaten Anambas telah menyurati melalui sekretariat istana untuk Bapak Presiden Joko Widodo berkunjung ke Anambas,” ungkap Abdul Haris belum lama ini di Kabupaten Natuna saat mengikuti musyawarah besar (Mubes) Natuna Anambas di Ranai.

Dirinya mengatakan berbagai pertimbangan protokoler dan kendala sarana prasarana penunjang dan transportasi.

“Ya semoga dengan sarana penunjang kurang memadai diantaranya kedepan kita akan memperpanjang landasan pacu (runway) bandara Letung di Jemaja, sehingga dapat disinggahi pesawat berukuran besar sejenis boing,” kata Abdul Haris.

Abdul haris menambahkan, dengan ditambah sarana prasarana pendukung ini salah satu strategi Pengembangan Kepulauan Anambas dalam upaya pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dan perikanan lebih tumbuh.

“Mohon doa restu segenap warga, insyaallah Kabupaten semakin tumbuh dan membawa manfaat besar bagi pergerakan ekonomi masyarakat,” harapnya.

Bupati Anambas bersama wartawan NKRI
Bupati Anambas Abdul Haris foto bersama wartawan menulis catatan sejarah Anambas Riky rinovsky

Senada dari Staf Khusus Gubernur Kepri, Basaruddin Idris juga membenarkan ada catatan sejarah dunia di pulau Anambas.

“Saya ingat betul berapa tahun lalu ramai kunjungan Wisatawan Asal Vietnam bahkan mereka bermukim di Australia dan Amerika ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya dalam rangka Ziarah Kubur Leluhurnya yang meninggal di daerah Kuku desa Air Biru Kecamatan Jemaja,” kata Oom panggilan akrab Basaruddin Idris.

Bahkan kata Oom salah satu masyarakat Vietnam pernah tinggal di sini sukses menjadi orang penting di Amerika.

“Kalau taksalah saya dia staf dari mantan Presiden Barak obama, saya lupa namanya, namun keluarga menjaga dia semasa kecil dulu di letung karena berjasa dengan orang vietnam bahkan anak anak warga letung disekolahkan hinga ke perguruan tinggi,” kenang Oom atas jasa baik warga letung ke masyarakat pengungsi Vietnam.

Berikut Gurindam.id menyalin kembali catatan penting yang pernah ditulis oleh jurnalis perbatasan: Rikyrinovsky Pada Rabu, 27 Oktober 2010 lalu, diterbitkan oleh media Nasional Tribunnews.com dengan judul:ย  ๐‰๐ž๐ฃ๐š๐ค ๐’๐ž๐ฃ๐š๐ซ๐š๐ก ๐๐ž๐ง๐ ๐ฎ๐ง๐ ๐ฌ๐ข ๐•๐ข๐ž๐ญ๐ง๐š๐ฆ ๐ƒ๐ข ๐๐ฎ๐ฅ๐š๐ฎ ๐€๐ง๐š๐ฆ๐›๐š๐ฌ, Berikut petikan beritanya.

Kabupaten Anambas di Kepulauan Riau, tepatnya di kecamatan Jemaja menjadi saksi sejarah Indonesia memberikan ruang kemanusiaan kepada pengungsi asal Vietnam yang eksodus saat negeri di Asia Tenggara itu berkecamuk perang saudara.

Bukti sejarah eksodus warga Vietnam ke pulau Anambas, akibat perang Vietnam yang terjadi tahun 1957 hingga 1975 masih tersimpan rapih di Pulau Jemaja, Anambas. Khusus di Desa Kuku yang berbatasan dengan Desa Air Biru, terdapat sejumlah batu nisanย  kuburanย  serta bangunan peninggalan masyarakat Vietnam yang pernah bermukim di kepulauan ini.

Perang Vietnam, yang juga disebut perang Indochina kedua, adalah ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal. Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina merupakan sekutu Vietnam Selatan, sedangkan USSR (Rusia) dan Tiongkok (China) mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.

Perang inilah yang mengakibatkan terjadinya eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya. Di negara-negara tersebut, bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.

Di luar negara itu, sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, juga bagian dari tujuan eksedus mereka. Dan di Indonesia, sejumlah pulau-pulau di Kepulauan Riau, salah satunya Pulau Jemaja, menjadi daerah tujuan warga Vietnam untuk menetap tinggal.

Untuk selanjutnya, para pengungsi juga ditampung di Pulau Galang di dekat Batam dari tahun 1975 hingga 1996 dengan jumlah pengungsi mencapai 250.000 jiwa. Pemerintah Indonesia menyediakan lokasi seluas 18 hektar untuk menampung pengungsi tersebut, dan difasilitasi UNHCR PBB.

Ketua LSM Tuah Berbangsa, Omri, menceritakan, jejak peninggalan bersejarah permukiman masyarakat Vietnam di Kampung Tua, tepatnya di Desa Kuku masih tersimpan. Mereka datang sekitar tahun 1974, dengan menggunakan ratusan kapal perahu dari Vietnam menuju Jemaja

“Ada sekitar 24 ribu jiwa yang hijrah ke Pulau Jemaja” terangnya.

Ungkap Omri, Kala itu Omri berusia 26 tahun, saat orang-orang Vietnam datang ke Jemaja. Dan bentuk rasa kekeluargaan tampa melihat, orang asing, suku dan agama, masyarakat Jemaja menyambut langsung kehadiran warga eksodus tersebut.

Di Jemaja, lanjutnya, orang Vietnam, cukup lama. Dari tahun 1974 sampai dengan tahun 1992. Dan setelah perang Vietnam, usai, baru pemerintahan Vietnam memangil kembali warganya, untuk kembali ke kampung halaman.

โ€œHal ini merupakan sejarah yang tidak bisa dilupakan Vietnam terhadap bangsa Indonesia, khususnya orang Jemaja. Sebab, ada sebagian orang Vietnam, yang kemudian tinggal menetap dengan menikahi orang Jemaja. Sebagian, ada juga yang memilih untuk tinggal di Barelang, Batam, untuk membangun kehidupan baru,โ€ tuturnya.

Omri menambahkan, dalam menempuh perjalanan jauh dari Vietnam hingga ke Jemaja, banyak yang menderita sakit dan kemudian, meninggal dunia di Jemaja. Ada bukti ratusan pemakaman orang Vietnam yang terkubur di Jemaja.

Dan kini, Jemaja, banyak dikunjungi turis asing, khususnya orang Vietnam, untuk melihat makam keluarga mereka. Diantaranya, ada yang memang memiliki histori karena lahir dan dibesarkan di Jemaja.

Karena itu, Omri meminta agar rekam sejarah berupa kuburan tua serta bekas perkampungan Vietnam tersebut, dapat dilestarikan dan dijaga pemerintah setempat, dengan membuat tugu perdamaian.

โ€œAda catatan sejarah penting dunia tentang perdamaian di Jemaja karena masyarakat pribumi secara terbuka menerima pengungsi asal Vietnam. Ini harus dibuatkan pertanda berupa tugu,โ€ pinta Omri seraya berharap pemerintah peduli akan sejarah itu.

(Dia*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *