NATUNA – Nuansa syahdu dan semangat kebersamaan mengiringi peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H di Kelurahan Bandarsyah, Kabupaten Natuna, wilayah terdepan Indonesia.
Untuk ketiga kalinya secara berkelanjutan, kolaborasi erat antara generasi muda dan warga setempat sukses menyelenggarakan rangkaian acara bertajuk 1 Muharram dengan tema Pilar Pembangunan Karakter Moral dan Etika Islam.
Acara yang menjadi bukti hidupnya tradisi Islam di daerah perbatasan ini mencapai puncaknya dengan Pawai Tarhib penuh makna. Ratusan peserta dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari perwakilan RT/RW, hingga warga biasa berkumpul dengan khidmat di SMA Negeri 2 Natuna.
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih, termasuk beberapa yang berbusana layaknya baju haji, mereka menyatu dalam barisan menuju Lapangan Voli Pering.
“Suasana kebersamaan ini sungguh menghangatkan hati. Di daerah perbatasan, semangat ukhuwah seperti ini adalah modal sosial tak ternilai,” ujar Ramli salah seorang peserta sambil menyesuaikan kain ihram-nya.
Irama kompang yang bergemuruh mengiringi langkah peserta, menciptakan harmoni antara kesakralan agama dan kearifan lokal.
Para remaja dengan bangga memikul bunga telur simbol kemakmuran sementara miniatur Masjid, Kabah, dan unta menjadi visualisasi edukatif perjalanan spiritual. Warna-warni dekorasi yang dibawa warga mencerminkan keragaman dalam kesatuan.

“Ini bukan sekadar pawai, tapi prosesi pembelajaran hidup tentang ketauhidan,” jelas Haji Nasoha, narasumber tausiyah.
Tak hanya pawai, Lomba Miniatur Islami antarkelompok Rukun Tetangga menyedot perhatian. Karya-karya tiga dimensi yang sarat makna ini dinilai bukan hanya dari estetika, tapi juga kedalaman pesan keislamannya.
Nuansa spiritual kian terasa saat ustad Zuki membacakan ayat suci Al-Quran dengan lantunan merdu, diikuti Tausiyah Agama dari Haji Nasoha.
Dengan gaya komunikasi yang humanis, beliau mengingatkan pentingnya syukur atas nikmat sehat dan panjang umur, serta penguatan pemahaman Rukun Iman dan Islam sebagai fondasi karakter.
“Di tengah tantangan wilayah perbatasan, acara semacam ini adalah oase spiritual. Ia mengingatkan kita bahwa iman dan ilmu adalah bekal utama membangun peradaban,” tegas Haji Nasoha.

Senada disampaikan Lurah Bandarsyah, Sudirman, menyampaikan apresiasi mendalam atas inisiatif warga.
“Pemerintah kelurahan berkomitmen penuh mendukung kegiatan pembangunan karakter berbasis nilai agama. Kolaborasi pemuda dan tokoh masyarakat ini adalah model ideal pemberdayaan komunitas kekompakan antar warga,” ungkapnya penuh syukur.
Sebagai penghargaan atas partisipasi, seluruh peserta menerima telur merah simbol kebahagiaan dan harapan baru yang dibagikan usai acara.
Muhammad Faizan, Ketua Panitia Pemuda Pering, menutup acara dengan rasa haru. “Antusiasme luar biasa warga Pering, terutama para orang tua dan remaja, menjadi energi tersendiri. Di tahun ketiga ini, semangat kebersamaan justru kian menguat,” tuturnya.
Acara yang berlangsung khidmat ini tak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga ruang inkubasi karakter generasi muda perbatasan. Kolaborasi pemuda, tokoh agama, dan pemerintah kelurahan menegaskan bahwa di wilayah terdepan Indonesia, nilai-nilai Islam tumbuh subur dalam bingkai kearifan lokal dan semangat kebersamaan.
(Grd)