Setelah Penyengat, Cen Sui Lan Upayakan Pemerintah Pusat Menata Istana Raja Daik Lingga

GURINDAM.ID- Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Golkar Dapil Kepulauan Riau (Kepri), Cen Sui Lan serius mendorong Rencana penataan Kota Daik, Bunda Tanah Melayu Kabupaten Lingga. Dirinya meminta Kementerian PUPR menganggarkan untuk penataan Istana Raja di Daik-Lingga pada tahun 2023 mendatang.

Permintaan tersebut disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V DPR RI dengan Eselon I Kementerian PUPR, pekan lalu. Sebelumnya, Cen Sui Lan juga mendesak pemerintah pusat untuk penataan Pulau Penyengat pada tahun lalu.

“Dalam rapat dengar Komisi V DPR RI dengan Eselon I itu, kita sudah sampaikan program penataan situs budaya Istana Raja di Lingga itu,” kata Cen Sui Lan, Senin (4/7/2022).

Penataan ini dimaksud sebagai langkah dini, dalam persiapan menjadikan wilayah Kecamatan Lingga sebagai pusat Kota Budaya yang identik dengan wisata Budaya dan Religi.

Dalam pertemuan itu, Cen Sui Lan juga menceritakan bahwa di Kabupaten Lingga perlu dilakukan penataan Istana Raja mengingat istana di Daik-Lingga. Hal ini karena istana Daik-Lingga merupakan peninggalan bersejarah yang harus dijaga.

“Karena itu, program penataan istana itu tolong dimasukkan ke dalam anggaran 2023,” ujarnya.

Selanjutnya ia menjelaskan, di Istana Daik Lingga, banyak peninggalan bersejarah, seperti makam-makam raja dan artepak lainnya yang memerlukan penangaanan.

“Ini harus menjadi perhatian Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),” lanjutnya.

Cen Sui Lain juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPIW Kementerian PUPR atas penataan Pulau Penyengat yang saat ini sedang dilaksanakan.

 

Klias Sejarah, Kabupaten Lingga dahulu merupakan sebuah kerajaan melayu yang berpusat di kota daik dari tahun 1787 sampai tahun 1900.

Meski dua abad telah berlalu namun hingga saat ini masyarakat Kabupaten Lingga masih bisa melihat sisa-sisa kebesaran kerajaan tersebut yang masih terus dirawat dan dijaga keasriannya.

Salah satu kebesaran kerajaan yakni makam merah. Yang mana Makam Merah ini merupakan sebutan lain dari makam Raja Muhammad Yusuf.

Yang dipertuan muda terakhir dari kerjaan melayu Riau-Lingga. Makamnya terletak di lahan yang dibatasi pagar keliling jeruji besi disisi barat.

Dan pagar tembok setinggi 1,5 meter pada sisi utara, timur dan selatan menjadikannya sebagai saksi bisu kejayaan Kesultanan Lingga ketika itu.

Pegiat sejarah Kabupaten Lingga, Lazuardi mengatakan, bahwa makam merah tersebut dibina oleh Sultan terakhir Sultan Abdurrahman Muazamsyah yang merupakan anak dari Raja Muhammad Yusuf dan Tengku Embung Fatimah.

“Selain menjabat sebagai yang dipertuan muda Riau ke 10, Raja Muhammad Yusuf juga merupakan seorang ulama penganut tarikat naqsyabandi,” kata Lazuardi, Sabtu (1/1/2022)

Lazuardi menjelaskan, selain itu di sekitar kompleks makam merah tersebut juga terdapat makam kaum kerabat kerajaan.

“Salah satunya Encik Ismail sosok yang memiliki peran penting dalam mengurus akomodasi dan lainnya di dalam istana,” jelasnya

Lazimnya makam tersebut rutin dikunjungi oleh masyarakat setempat. Bahkan melalui momen-momen tertentu pejabat daerah juga selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam tersebut.

Guna menghaturkan doa-doa terbaik bagi para pahlawan dan pejuang yang telah memberikan sumbangsih terhadap negeri bunda tanah melayu Kabupaten Lingga.

(rri/dia)