Mereka berkata mereka sibuk mengurus langit, melayani bintang-bintang, membelai rembulan
Mereka berkata, agenda mereka padat di langit, bermesra dan asyik menari-nari di celah- celah awan
Wajah mereka angkuh, melongak terus ke langit, enggan menunduk ke bumi.
Di otak kepala mereka cuma yang ada adalah pundi – pundi dan angka-angka untung tak mau rugi
Mereka enggan mengurus bumi, mereka menginjak rumput-rumput hingga mati.
Mereka piawai berdiplomasi, kata-kata mereka penuh dengan tipu-tipu, mereka makan daging onta, mereka buang tulangnya ke bumi
Mereka lupa suatu masa, mereka akan lenyap di telan bumi
Tarempa, 24 Oktober 2021.
Asril Masbah lahir di Letung, 17 Maret 1979. Pada tahun 1996 tergabung dalam Kelompok Sastra Gurindam 12 bersama penyair-penyair muda Kepri bentukan Dewan Kesenian Riau sebagai hasil dari Simposium Raja Ali Haji.
Pernah mendapatkan bimbingan spiritual kebudayaan dari tokoh-tokoh budayawan terkemuka Riau, seperti Al-Azhar, Taufik Ikram Jamil, Elmustian Rahman, Norham Wahab, Penyair Kepri Huznizar Hood dan Wartawan Senior, Taufik Muntasir.
Separoh dari usianya, diisi dengan kegiatan-kegiatan jurnalistik. Dia memilih bekerja menjadi seoarang wartawan.
Pernah bekerja di berbagai media diantaranya, Tabloid Visual Jakarta, Media Berita Sumatera, Majalah Sorot Informasi Pekanbaru, Natuna Pos di Natuna dan Harian Sijori Mandiri di Natuna.
Sejak tahun 2008, Paska Pemekaran Kabupaten Kepulauan Anambas, dia memilih kembali dan bermastautin di daerah asalnya itu. Dia kemudian mendirikan Surat Kabar Umum Anambas Pos dan aktif higga saat ini.
(**)