PT.GURINDAM MEDIA KEPRI- Mencerdaskan & Memuliakan

Andalan Dunia Tanaman Porang Potensi Cuan Besar, Yuk Bercocok Tanam

Mencerdaskan & Memuliakan - Juni 16, 2021
Andalan Dunia Tanaman Porang Potensi Cuan Besar, Yuk Bercocok Tanam
Porang dikenal dengan sebutan iles iles merupakan umbi-umbian, nama spesiesnya Amorphophallus muelleri. - (Mencerdaskan & Memuliakan)
RajaBackLink.com

GURINDAM.ID- Porang dikenal dengan sebutan iles iles merupakan umbi-umbian, nama spesiesnya Amorphophallus muelleri.

Awalnya porang ini tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan dan pekarangan rumah.

Redaksi Gurindam.id menghimpun data dari info pertanian, semoga sajian ini bermanfaat untuk sahabat pembaca Gurindam yang inggin memulai garap lahan tidur untuk bercocok tanam Porang.

Porang bisa menjadi makanan alternatif selain nasi. Selain itu, umbi porang juga telah terbukti dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik, obat-obatan, dan bahan baku industri.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan di Jepang ada satu kawasan yang menjadikan Porang sebagai makanan utama dengan berbagai olahan seperti mie hingga makanan variasi sumber protein.

Dimana Tanaman porang saat ini mulai dilirik untuk dikembangkan secara luas karena memiliki nilai ekonomis tinggi.

Umbi porang saat ini mempunyai peluang pasar ekspor seperti Jepang, Thailand, Tiongkok, Taiwan, Korea, Vietnam dan Australia. Umbinya dapat digunakan sebagai bahan baku tepung, kosmetik, obat, penjernih air, bahan ramen/mie dan masih banyak lagi lainnya.

Porang menjadi komoditas ekspor yang mendadak booming saat ini. Permintaan bahan baku industri yang tinggi menyebabkan banyak petani yang berminat membudidayakan porang karena nilai usaha taninya cukup menggiurkan. Kamis (25/3) lalu.

Balitbangtan mengadakan talkshow membahas strategi pengembangan porang sebagai komoditas “mahkota” di Aula Display Puslitbang Perkebunan, Bogor.

Dipandu oleh Azizah Hanum, acara ini menghadirkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai pembicara utama yang membahas mengenai strategi pengembangan porang sebagai komoditas unggulan.

Mentan SYL menyampaikan bahwa porang telah ditetapkan sebagai komoditas yang masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (GRATIEKS).

“Ekspor porang pada tahun 2020 sebanyak  32.000 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,42 Triliun ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. Ada peningkatan sebesar 160% dari tahun 2019.” jelasnya.

Baca Juga  Safari Ramadhan, Gubernur Ansar: Bangun Ekonomi Kepri Dimulai Dari Penekanan Covid-19

Kementerian Pertanian juga berupaya mendongkrak potensi produksi umbi porang untuk meningkatkan volume ekspor.

Salah satunya melalui program budidaya porang seluas 32.000 Ha di 37 Kabupaten 10 Provinsi di Indonesia.

“Satu dukungan penting Kementan terhadap program tersebut dengan dilepasnya varietas porang Madiun 1 pada tahun 2020 untuk mendukung ketersediaan benih porang nasional.” lanjutnya.

Mentan SYL juga menegaskan bahwa kedepan, strategi pengembangan tanaman porang akan dilakukan dengan memacu riset pengolahan dan produk turunannya ke arah industri pangan.

“Strategi lainnya adalah peningkatan pengawasan larangan ekspor porang segar (umbi, bulbil, biji) dalam rangka mengamankan plasma nutfah lokal porang.” tambah Mentan.

Peningkatan kuantitas benih porang melalui kultur jaringan juga diarahkan untuk mendukung pencapaian program peningkatan luas tanam porang.

Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menambahkan porang tidak hanya dapat diolah menjadi glukomanan, namun dapat juga dikembangkan menjadi aneka produk prospektif lain yang dapat dikembangkan oleh kelompok tani.

“Peluang ekspor maupun pasar produk-produk olahan dari bahan porang di dalam negeri masih terbuka, seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kebutuhan pangan fungsional yang meningkat.” ujar Fadjry.

Fadjry menilai, agribisnis porang ini tidak hanya bersifat sementara atau monkey business. Berdasar tingginya peluang pasar yang masih dapat dikembangkan, komoditas porang dinilai menjanjikan.

Menurutnya, tantangan ke depan dalam pengembangan tanaman porang adalah penyediaan logistik bibit/benih dan pengolahan porang menjadi produk yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi.

“Peran serta penerapan teknologi inovasi menjadi faktor kunci penentu keberhasilan pengembangan porang.” lanjutnya.

Talkshow porang ini dihadiri oleh kurang lebih 1.000 peserta dari berbagai kalangan, seperti peneliti, praktisi, akademisi, petani dan masyarakat umum.

Terdapat lima pembicara dalam talkshow ini yaitu Yuliantoro Baliadi, Ika Rostika dan Heny Herawati yang merupakan peneliti Balitbangtan dari bidang budidaya, bioteknologi dan pascapanen.

Baca Juga  Setelah Jangkau Warga Kulon Progo, Vaksinasi LPEI Sasar Pelajar Di Seleman Jelang Pembelajaran Tatap Muka

Selain itu hadir juga Utama Kajo dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang membahas mengenai prospek porang sebagai komoditas ekspor dan kebijakan yang diperlukan, serta Syaharuddin Alrif petani muda sekaligus eksportir porang yang mengupas tentang peluang dan tantangan industri berbahan baku porang.

Porang

Nilai Cuan Dihasilan Tanam Porang

Mengutip dari website Indonesia.go.id, Berdasarkan data Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST) atau Badan Karantina Pertanian (Barantan), mengemukakan semester pertama 2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton, di mana angka ini melampaui jumlah ekspor semester pertama pada 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton, kenaikan ini menunjukkan aktivitas ekspor sebanyak 160 persen.

Mendulang nilai ekspor hingga 160 persen pada semester awal tahun ini, negara-negara yang menerima suplai ekspor utama porang seperti Cina, Vietnam, hingga Jepang.

Selain negara kawasan Asia, Eropa juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor porang. Biasanya porang yang diekspor dikirim dalam bentuk chip atau produk setengah jadi, yang nantinya di negara penerima ekspor akan diolah menjadi bahan dasar pangan, kosmetik hingga industri.

Produk turunan porang seperti Chip, Tepung atau porang setengah jadi memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dari sekadar hanya umbi porang utuh.

Menurut Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Padjajaran (UNPAD) 2020, mengemukakan bahwa harga jual buah porang petani dihargai sebanyak 13 ribu rupiah dalam bentuk utuh, kemudian dalam bentuk chip harga jualan jadi seharga 70 ribu, berarti ini mengalami kenaikan harga sebanyak 57 ribu rupiah.

Harga jual yang signifikan dibandingkan dengan menjual umbi basah (gelondongan) dengan penjualan chip (porang kering).

Kenaikan ini disebabkan chip porang diproses dengan serangkaian pengolahan seperti pengrajangan, penjemuran atau pengeringan, jadilah harga jual bertambah.

Baca Juga  Kasasi Diterima, KPK Segera Seret Legal Manager Duta Palma Mendekam Penjara

Menurut analisis publikasi jurnal tersebut, saat musim panen petani porang memiliki dua opsi perlakuan terhadap hasil panen, yakni menjual bentuk umbi atau dijadikan chip.

Namun karena bulan November, umbi porang tumbuh begitu saja, yang melakukan pengolahan chip dilakukan oleh tengkulak dengan melakukan serangkain proses pengrajangan, penjemuran.

Selain itu di dalam Jurnal Abdi Mas TPB, Universitas Mataram, mengemukan bahwa olah tanaman porang diolah menjadi chip meningkatkan margin keuntungan, menurutnya prinsip pembuatan chip porang sangat sederahana, yakni dengan mencuci porang hingga bersih dari getah.

kemudian dipotong tipis-tipis dengan ketebalan 0.5 cm lalu dikeringkan. Selain keuntungan, chip porang solusi yang tepat meningkatkan umur simpan juga dapat memperluas pasar penjualan.

Ada pun beberapa daerah Indonesia yang jadi sentra produksi tanaman porang antara lain adalah Jawa Timur, Nusan Tenggara Timur (NTT), Banten, Jawa Tengah, Kalimantan dan Sumatra.

Lalu yang jadi sentra pengolahan tepung porang ada di kawasan Madiun, Bandung, Pasuruan, Wonogiri, Maros.

Pengolahan tepung porang sendiri juga memiliki nilai ekonomis dari pada menjual dalam bentuk umbi porang, Namun, penggunaan dalam bentuk tepung atau umbi porang masih menjadi polemik, sebab kandungan Ca-oksalat.

Lebih lanjut lagi dijelaskan dalam Jurnal Gizi dan Diedetik Indonesia, Ca-oksalat dalam tepung porang dapat berhasil dikurangi melalui mekanis stamp mill fraksinasi atau blower, serta cara kajian konsentrasi garam dapur juga lama perendaman porang. (Mkn)

Click Bener Subscribe youtube Gurindam.id

Tinggalkan Komentar

LIKE FANPAGE

Our Visitor

136979
Users Last 30 days : 2932
Users This Month : 2063
Views This Year : 25046
Who's Online : 1
Your IP Address : 198.251.84.7
Server Time : 2024-04-20
Baca Informasi Berita Aktual Dari Sumber terpercaya