GURINDAM.ID– Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol atau pada kisaran 0-0,25%. Keputusan tersebut menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi AS akan berlangsung moderat, setelah dalam setahun terakhir dihantam oleh tiga perkara: (i) resesi akibat pandemi Covid-19, (ii) perang dagang dengan China, dan (iii) ketidakstabilan politik di bawah kendali Donald Trump.
Gubernur The Fed Jerome Powell pada 28 Januari 2021 juga berkomitmen untuk membeli obligasi (quantitative easing) dengan besaran dan kecepatan yang relatif sama yaitu sekitar 120 miliar USD per bulan, sehingga dapat memenuhi target penyerapan tenaga kerja dan mengendalikan inflasi.
Keputusan The Fed tersebut sepertinya memberikan gambaran bahwa pemulihan ekonomi AS akan berlangsung secara lebih moderat dan memberikan gambaran terhadap upaya pemulihan ekonomi global yang masih tergantung dengan peredaran mata uang hijau bergambar George Washington di seluruh dunia.
Normalisasi aset-aset tidak akan berlangsung secara drastis, karena aktivitas perekonomian AS masih tetap tertekan dan belum akan kembali normal, dan The Fed telah mengirimkan sinyal bahwa apabila kebijakan normalisasi diambil, hal itu tidak akan dilakukan secara tiba-tiba.
Kita tentu masih ingat, pada tahun 2013 AS tiba-tiba menjalankan kebijakan tapering-off –persis kayak sopir bajaj berbelok tiba-tiba tanpa tanda– mengurangi pembelian obligasi dan membeli surat-surat berharga lainnya di pasar, yang membuat dolar AS di seluruh dunia terhisap kembali ke AS, yang mengakibatkan kurs mata uang negara-negara tertentu terhadap dolar AS menjadi limbung.
Di Indonesia, fluktuasi dolar AS terhadap rupiah pada waktu itu menjadi salah satu komoditi yang diperjualbelikan pada waktu kampanye pilpres 2014, dan semua kandidat –Pak Jokowi maupun Pak Prabowo—berjanji untuk dapat mengendalikan rupiah apabila terpilih.
Kembali ke laptop, The Fed sepertinya juga melihat bahwa pemulihan ekonomi global dan di dalam negeri AS sangat ditentukan oleh perkembangan pelaksanaan vaksinasi, baik yang berlangsung di AS sendiri maupun di banyak negara. Vaksinasi yang berhasil akan memberikan kepercayaan publik yang luas, dan jika yang sebaliknya yang terjadi, akan menimbulkan kesulitan ekonomi yang lebih dalam.
Aktivitas perekonomian yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja, pemulihan rantai pasok yang telah rusak selama pandemi, pengendalian inflasi akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, akan sangat ditentukan oleh bagaimana vaksinasi mengembalikan kepercayaan publik dan para pelaku bisnis.
Apa sih manfaatnya pernyataan Gubernur The Fed terhadap ekonomi kita? Yang pasti adalah mengurangi variabel ketidakpastian. Harus dipahami, kestabilan kurs mata uang adalah faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis.
Meskipun banyak negara sekarang melakukan perjanjian bilateral jual-beli barang dan jasa tanpa tergantung pada mata uang dolar, secara umum harga dolar yang lebih stabil akan membuat pebisnis berkurang kepusingannya dan tinggal memikirkan variabel lain yang lebih tidak pasti.
Ketika dolar menjadi variabel yang tidak terlalu signifikan lantaran kestabilannya relatif terjaga, maka konsentrasi atau fokus para pengusaha yang bisnisnya tergantung pada kurs dolar dapat diarahkan pada upaya pemulihan rantai pasok dalam rangka pengoperasian kembali usaha/bisnis dalam skala normal.
Maka, program vaksinasi dalam tahap ini bukan lagi perkara medis semata-mata. Ia tidak lagi menjadi semata-mata pelindung nyawa atau penawar virus yang berbahaya, tetapi juga sekaligus menjadi fondasi bagi pemulihan ekonomi yang nyata. (Sl)
Oleh: Alois Wisnuhardana, Happy Eximbanker, personal note