JAKARTA – Arus kepedulian masyarakat tak pernah surut untuk korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sejak hari pertama dibukanya Posko Bantuan Bencana Alam Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), antusiasme warga dari berbagai lapisan masyarakat terus membanjiri lokasi.
Mereka datang silih berganti, membawa berbagai bentuk bantuan, dengan satu harapan: meringankan beban saudara sebangsa yang sedang dilanda musibah.
Hingga hari keempat, Kolinlamil telah berubah menjadi pusat denyut nadi kemanusiaan. Dari pagi hingga larut malam, para relawan tak henti bergerak. Mereka menyortir dan menata gunungan bantuan yang terus berdatangan, sembako, air mineral, pakaian layak pakai, selimut, perlengkapan bayi, hingga makanan siap saji. Semua didata dengan rapi untuk segera didistribusikan ke wilayah-wilayah terdampak bencana, sebagaimana terpantau pada Selasa (2/12/2025).
Yang menyentuh hati, bantuan yang mengalir bukan sekadar materi. Kepedulian dalam bentuk moral dan tenaga juga begitu kuat terasa. Ratusan relawan dari berbagai komunitas, organisasi kemasyarakatan, hingga individu, secara sukarela mendaftarkan diri di Kolinlamil. Mereka bersiap untuk terjun langsung ke lapangan, membantu proses evakuasi, pendistribusian logistik, hingga memberikan pendampingan psikososial bagi korban.
Menyaksikan gelombang solidaritas yang luar biasa ini, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali menyampaikan apresiasi yang mendalam. Dalam pesannya yang penuh kehangatan, Ali menegaskan bahwa respons spontan masyarakat ini adalah cerminan nyata dari jiwa gotong royong yang menjadi DNA bangsa Indonesia.
“Ini adalah kekuatan sesungguhnya dari rakyat Indonesia. Di saat saudara-saudara kita di Sumatera sedang berduka, ribuan tangan lain terbuka, tanpa pamrih, tanpa perintah. Semangat seperti inilah yang menjadi modal terbesar bagi kita semua untuk bangkit dari musibah,” ujar Laksamana Muhammad Ali dalam berapa kesempatan.
Kasal Muhammad Ali juga menekankan peran TNI AL, sebagai fasilitator dan penggerak yang memastikan setiap bentuk kepedulian sampai tepat sasaran.
“Tugas kami adalah memastikan saluran kebaikan ini lancar. Setiap karung beras, setiap kotak mie, setiap botol air, adalah wujud cinta yang harus kita hantarkan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kecepatan,” tambahnya.
Sebagai garda terdepan dalam operasi bantuan melalui laut, Kolinlamil telah mengerahkan segala kemampuan logistiknya. Setiap bantuan yang masuk segera diklasifikasi, dikemas ulang agar tahan lama selama perjalanan laut, dan dimuat ke dalam kapal-kapal perang dan kapal logistik TNI AL yang telah standby.
“Laut adalah jalan kami. Kapal-kapal kami adalah jembatan harapan yang menghubungkan kepedulian dari seluruh penjuru negeri dengan mereka yang terdampak di pesisir dan daerah terpencil Sumatera,” jelas seorang perwira Kolinlamil di lokasi posko.
Gotong Royong Menjadi Napas Bersama
Situasi sulit ini secara gamblang memperlihatkan bahwa gotong royong masih hidup dan bernapas dalam sanubari bangsa. Masyarakat sipil, prajurit TNI Angkatan Laut, dan para relawan bersatu padu, bergerak sebagai satu kesatuan yang kokoh. Mereka membawa lebih dari sekadar barang bantuan; mereka membawa harapan, kehangatan, dan kekuatan bagi saudara-saudara di Sumatera yang sedang berjuang memulihkan diri.
Gelombang kebaikan yang berpusat di Kolinlamil ini adalah sebuah kisah nyata tentang ketangguhan bangsa Indonesia. Sebuah bukti bahwa di atas perbedaan, yang ada adalah kesamaan rasa sebagai satu keluarga besar Nusantara. Saat satu wilayah terjatuh, seluruh negeri siap mengulurkan tangan.
(Gea/pen)













