JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali menekankan peran strategis Diplomasi Angkatan Laut sebagai instrumen perdamaian dan kedaulatan dalam pembekalan kepada 123 Perwira Siswa (Pasis) Dikreg Seskoal Angkatan ke-64, di Bumi Cipulir, Rabu (12/11/2025).
Paparan tersebut menggarisbawahi visi humanis bahwa kekuatan militer tidak hanya berperan dalam medan perang, tetapi lebih sebagai alat diplomasi untuk menjaga stabilitas regional.
Kasal membuka wawasan para perwira masa depan TNI AL dengan menganalisis lingkungan strategis global yang tengah diwarnai karakter VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous).
Beliau menjelaskan pergeseran menuju tatanan dunia Multipolar dan fenomena G-Zero, suatu kondisi dimana tidak ada satu pun negara yang mendominasi kepemimpinan global secara tunggal.
“Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, Diplomasi Angkatan Laut hadir sebagai bentuk penggunaan kekuatan TNI AL untuk mendukung kebijakan luar negeri pemerintah, yang dirancang untuk mempengaruhi kebijakan negara lain baik pada masa damai, konflik, maupun perang,” jelas Kasal.
Lebih dari sekadar teori, Laksamana Muhammad Ali memaparkan implementasi nyata diplomasi ini. Beliau menekankan bahwa esensi dari Diplomasi Angkatan Laut terletak pada kehadiran kekuatan Angkatan Laut on the spot. Kehadiran ini memiliki tiga fungsi strategis:
1. Coercion: Sebagai bentuk penegakan kedaulatan dan deterrence.
2. Coalition Building: Membangun aliansi dan kerja sama keamanan maritim.
3. Picture Building: Membentuk citra Indonesia sebagai negara maritim yang profesional, terpercuka, dan berdaulat.
Pesan humanisnya jelas: kehadiran kapal perang Indonesia di perairan internasional bukanlah provokasi, melainkan jembatan untuk membangun kepercayaan dan kerja sama.
Menutup pembekalan, Kasal menyampaikan pesan inspiratif yang berpusat pada pembangunan karakter. Beliau menegaskan bahwa kecanggihan strategi tanpa diimbangi integritas moral hanya akan menjadi “taktik tanpa jiwa”.
“Diplomasi tanpa moral dan karakter hanyalah taktik tanpa jiwa. Karena itu, yang paling kita butuhkan adalah tiga hal: integritas sebagai prajurit Jalasena yang profesional dan bermoral, kemampuan berpikir kritis dan visioner, serta kepemimpinan yang low profile namun high impact,” tegas Kasal dengan penuh keteladanan.
Pesan ini mengalir deras, menginspirasi setiap Perwira Siswa untuk tidak hanya menjadi prajurit yang tangguh di medan tempur, tetapi juga menjadi diplomat andal yang mampu membawa nama harum bangsa di panggung internasional, dengan keteladanan nyata di tengah keberagaman anak buah dan kompleksitas tantangan global.
(Gas/pen)













