JAKARTA – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, digambarkan sebagai sosok yang telah mencapai tingkat pengabdian tertinggi bagi bangsa dan negara. Pernyataan ini diperkuat dengan penolakannya yang tegas terhadap tawaran suap fantastis senilai 1 miliar dolar AS atau setara Rp 16,5 triliun.
Dalam berapa kesempatan dengan media, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa Prabowo telah melampaui kepentingan pribadinya.
“Yang pertama, saya sampaikan bahwa Pak Prabowo itu sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sekarang ini, dia sudah membaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara, dalam rangka mempersiapkan anak bangsa menghadapi era Indonesia Emas nanti 2045,” kata Dasco.
Pernyataan Dasco ini menggambarkan komitmen penuh Prabowo yang kini hanya berfokus pada kontribusi bagi pembangunan dan masa depan Indonesia.
Komitmen tanpa pamrih tersebut bukan hanya retorika. Kisah nyata tentang integritasnya diungkapkan langsung oleh adik kandungnya, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo.
Dalam acara Indonesia Berdoa, Doa Lintas Agama yang digelar FORMAS di Kuningan City, Jakarta Selatan, pada Sabtu (18/10/2025), Hashim bercerita tentang percakapan teleponnya dengan Prabowo beberapa bulan sebelumnya pada suatu Sabtu malam.
Setelah menanyakan kabar, Prabowo secara blak-blakan bercerita bahwa ada upaya dari pihak tertentu untuk menyogoknya.
Hashim: “Kenapa telepon?”
Prabowo: “Saya mau cerita aja, saya baru mau disogok orang.”
Hashim: “Oh iya? Disogok berapa? Berapa dia tawarkan?”
Awalnya, Hashim mengira nilai sogokan adalah Rp 1 miliar. Namun, Prabowo langsung meluruskannya.
Hashim: “Rp1 miliar? 1 miliar rupiah?”
Prabowo: “1 miliar dollar, kamu.”
Mendengar nominal yang sangat fantastis itu, Hashim menyebut pelakunya sebagai “orang nekat”. Bagaimana tidak, yang disogok adalah seorang Presiden Republik Indonesia.
“Saya buka saja. Orang-orang nekat, presiden kita mau disogok 1 miliar dollar,” ujar Hashim. Menirukan jawaban Prabowo, Hashim berkata, “So what do you say? Ya I told them to,” yang menegaskan bahwa Prabowo langsung menolak tawaran tersebut.
Kisah penolakan sogok senilai triliunan rupiah ini menjadi bukti konkret dari pernyataan “sudah selesai dengan dirinya sendiri”. Alih-alih tergiur oleh kekayaan yang dapat mengubah hidupnya, Prabowo memilih untuk tetap berpegang pada integritas dan dedikasinya untuk mengabdi pada nusa dan bangsa beliau juga sudah tandatangani kontrak mati semasa menjadi prajurit tempur dikala itu.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto Disaat menghadiri Peringatan Hari Lahir ke-27 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Presiden Prabowo Dalam sambutannya menegaskan dari pasal 33 dalam Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan utama yang menggariskan arah pembangunan nasional demi menjamin keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
“Pasal 33 kalau kita simak, sebetulnya sederhana tapi menggariskan apa yang akan mengamankan dan menyelamatkan negara,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, esensi bernegara tidak hanya prosedur demokratis, tetapi memastikan agar rakyat hidup dalam kesejahteraan. Tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, kata Presiden yakni melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kalau kita bicara negara, kalau kita bicara tujuan negara, ya tujuan negara adalah rakyat yang merasa aman, rakyat yang sejahtera, rakyat yang tidak ada kemiskinan, rakyat yang tidak lapar. Itu tujuan negara,” lanjutnya.
Demokrasi, menurut Presiden merupakan hal yang penting, tetapi tidak cukup apabila tidak menjawab kebutuhan dasar rakyat. “Demokrasi penting, demokrasi yang formal, demokrasi yang normatif, tapi rakyat tidak punya rumah yang baik, rakyat yang lapar, anak-anak yang stunting, mereka yang tidak bisa cari pekerjaan, ini bukan tujuan bernegara bagi saya,” kata Presiden.
Pasal 33, lanjut Kepala Negara, menjadi pelaksanaan konkret dari semangat keadilan sosial yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembukaan telah dituliskan bahwa tujuan bernegara yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
“Melindungi dari kemiskinan, melindungi dari kelaparan, melindungi dari ketidakadilan. Dan tujuan bernegara memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan keterlibatan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,”ligasnya.
(Grd/gea)