Dari Natuna hingga Lampung, Puisi untuk “Sang Pejuang” Dasco di Milad ke-58

Wakil Ketua DPR RI Sufi Dasco Ahmad
Wakil Ketua DPR RI Sufi Dasco Ahmad

LAMPUNG – Sebuah gelombang apresasi dan persatuan menyelimuti perayaan milad ke-58 Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad, SH, MH. Dari ujung utara perbatasan NKRI di Pulau Natuna, pemuda perbatasan Riky Rinovaky menyampaikan ucapan selamat dan puisi sahabat Lampung untuk “Sang Kancil Hambalang”, merajut persatuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Puisi berjudul “Serenada untuk Sang Pejuang” karya Mahendra Utama menjadi pusat perhatian dalam perayaan ini, menggambarkan sosok Dasco sebagai negarawan sejati yang konsisten membawa obor perubahan bagi generasi penerus bangsa.

Merajut Nusantara dalam Satu Puisi

“Di awal Oktober, sang surya bersinar lembut/Menyambut hari istimewa engkau, Bang Dasco, sang negarawan sejati,” demikian pembuka puisi yang viral di media sosial tersebut.

Yang membuat momentum ini istimewa adalah jangkauan persaudaraannya yang melintasi geografi. Riky Rinovaky, pemuda perbatasan Natuna, menyampaikan: “Terima kasih telah menunjukkan jalan, terima kasih telah menjadi teladan sejati,” meneguhkan persahabatan yang mengatasi jarak.

Prof. Dr. Sufmi Dasco Ahmad, S.H., M.H
Prof. Dr. Sufmi Dasco Ahmad, S.H., M.H

Filosofi Lokal sebagai Fondasi Perjuangan Nasional

Puisi ini secara mendalam mengakar pada kearifan lokal Lampung, menyoroti filosofi hidup masyarakat Lampung seperti Piil Pesenggiri (harga diri dan kehormatan) dan Ragem Mufakat (kebersamaan dalam musyawarah) yang diyakini mengalir dalam diri sang tokoh.

“Dalam aliran Sungai Komering, tegak berdiri ‘Piil Pesenggiri’/Harga diri yang tak ternilai, mengalir dalam darah dan nurani,” tulis Mahendra dalam puisinya.

Dedikasi Pendidikan dan Respons terhadap Aspirasi Muda

Puisi tersebut juga mengisahkan respons progresif Dasco terhadap protes pelajar, menunjukkan komitmennya pada pendidikan generasi muda:

“Ingatkah kami pada masa lalu, saat protes pelajar bergema penuh gairah/Dengan bijak engkau dengarkan keluh kesah mereka, segera memberikan solusi terbaik”

Ini mencerminkan visinya yang percaya bahwa pendidikan adalah tangga menuju Indonesia yang adil dan merata.

Perjalanan karier Dasco dari tingkat lokal Banten hingga panggung nasional digambarkan sebagai jejak gemilang yang terukir abadi. Puisi menyoroti perannya yang beragam, dari rektor hingga pimpinan dewan, semua dijalani dengan kehormatan dan dedikasi tiada henti.

“Engkau adalah ‘Ragem mufa mufu’, tunas terbaik yang tumbuh di tanah Lampung/Bersatu dalam kesepakatan mulia, membangun bangsa dengan kesungguhan sejati”

Simbol Persatuan yang Nyata

Keterikatan Dasco pada kampung halaman tidak hanya retorika, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata seperti berkurban sapi – simbol pengorbanan dan kedekatan dengan akar budaya.

Di usia yang semakin matang, puisi ini menggambarkan semangat perjuangan Dasco yang tetap membara “seperti sungai yang tak kenal henti mengalir”, terus berkarya dan berjuang menerangi jalan bagi generasi penerus.

Perayaan milad ke-58 ini bukan hanya tentang umur, tetapi tentang konsistensi perjuangan yang menginspirasi dari Natuna hingga Lampung, membuktikan bahwa persatuan Indonesia dapat dirajut melalui keteladanan dan karya nyata GERAKAN INDONESIA RAYA. 

#SangPejuang #Dasco58

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *