BATAM – Waktu boleh membawa jarak dan tahun, tetapi ia tak sanggup memudarkan kenangan dan rasa hormat seorang murid kepada gurunya. Momen haru itu terjadi pada Kamis (28/8/2025) di Restoran Juju Batam, ketika Raja Mustakim, tokoh masyarakat Kepulauan Riau (Kepri), secara tak terduga bertemu kembali dengan sang mentor, Datok Rida K Liamsi.
Pertemuan singkat itu langsung membawa kedua pria itu berkelana ke masa lalu, tepatnya ke tahun 1987.
Kala itu, keduanya sama-sama menapaki awal perjalanan di dunia jurnalistik di ruang redaksi Genta Pekanbaru. Dari sanalah lahir sebuah ikatan guru dan murid yang bertahan hampir empat dekade.
“Bang Rida ini mentor saya. Dari beliau saya belajar banyak, bukan hanya soal menulis berita, tapi juga bagaimana memaknai kehidupan. Beliau yang menanamkan nilai bahwa sebesar apa pun kita, tetaplah rendah hati dan low profile,” kenang Raja Mustakim, yang merupakan suami dari Bupati Natuna, Cen Sui Lan, serta tokoh senior Partai Golkar Provinsi Kepri.
Rida K Liamsi dikenal luas sebagai sosok yang membesarkan Riau Pos Group, sebuah imperium media terkemuka.
Namun, bagi Raja Mustakim, keteladanan sang guru dalam bersikap sederhana dan bijaksana adalah pelajaran hidup yang paling berharga.
“Pesan itu saya terapkan sampai sekarang. Dalam perjalanan hidup, nasihat beliau seakan menjadi kompas. Saya sangat bersyukur bisa kembali bersua, meski sebentar, dan melihat beliau sehat,” tambahnya penuh syukur.
Pertemuan itu mungkin hanya diisi dengan makan siang dan obrolan ringan, tetapi maknanya sangat dalam. Ia adalah pengingat betapa berharganya arti persahabatan, silaturahmi, dan warisan nilai-nilai kehidupan dari seorang guru sejati.
“Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan kepada Datok Bang Rida K Liamsi,” tutur Raja Mustakim dengan doa tulus.
Lebih dari Jurnalis: Sang Impresario Budaya Melayu
Pertemuan ini juga mengingatkan kita pada kontribusi besar Rida K Liamsi yang melampaui dunia jurnalistik. Melalui Yayasan Sagang yang didirikannya di Pekanbaru, ia gigih menegakkan marwah kesenian Bumi Lancang Kuning.
Sejak 1996, Yayasan Sagang konsisten memberikan Anugerah Sagang kepada seniman, budayawan, dan pemikir yang berdedikasi menggerakkan kebudayaan Melayu-Riau. Yayasan ini juga menerbitkan majalah budaya Sagang dan berbagai buku sastra, menjadi pilar penting dalam pelestarian budaya.
Di dunia pers, dedikasinya diwujudkan dengan membuat Rida Award, penghargaan bagi karya tulis dan foto jurnalistik terbaik di lingkungan Riau Pos Group, menyemangati lahirnya karya-karya jurnalistik berkualitas.
Pertemuan singkat di Batam ini adalah bukti nyata bahwa warisan terbesar seorang guru bukan hanya pada pencapaian profesional, tetapi pada nilai-nilai kemanusiaan yang terus hidup dan menuntun langkah murid-muridnya sepanjang masa.
(Rk)