NUSA DUA, BALI -Indonesia memperkuat posisinya sebagai pemain kunci industri nikel global. Dalam Konferensi Argus Nikel Indonesia 2025 di Westin Hotel, Nusa Dua, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, memaparkan langkah strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat bursa nikel dunia.
“Kita tidak hanya pemain, tapi kini sedang menuju pusat kendali pasar nikel global,” tegas Meidy di hadapan ratusan delegasi internasional. Rabu (23/4/2025).
Data APNI menunjukkan Indonesia menguasai lebih dari 60% pasokan nikel dunia. Meidy mengungkapkan, kerja sama dengan Argus lembaga analisis komoditas ternama menjadi batu loncatan untuk memperkuat posisi tawar Indonesia.
“Sejak penandatanganan kemitraan dengan Argus Oktober lalu, kita kini satu langkah lebih dekat menuju bursa nikel Indonesia yang diakui dunia,” ujarnya, disambut antusiasme peserta.
Dengan gaya komunikasi yang cair dan santai, Meidy menyelipkan apresiasi terhadap efisiensi teknologi Tiongkok salah satu mitra utama Indonesia.
“Ada joke di media sosial: ‘Dunia diciptakan Tuhan, sisanya dibuat Tiongkok’. Tapi kita tak bisa pungkiri, inovasi mereka mendorong efisiensi industri,” candanya, memecah tawa audiens.
Terobosan Regulasi dan Tantangan yang Diatasi, Meidy menyoroti dua pencapaian besar:
1. Harga Acuan Nasional Indonesia menjadi satu-satunya negara dengan patokan harga nikel resmi, diperbarui tiap dua minggu.
2. Penyederhanaan RKAB Proses perizinan yang sebelumnya kerap dikeluhkan pelaku usaha, kini lebih cepat berkat intervensi pemerintah.
“Dari ribuan perusahaan tambang, kini mereka bisa bernapas lega dengan proses RKAB yang lebih efisien,” jelasnya.
Meidy menegaskan, fokus Indonesia tidak hanya pada industri baterai kendaraan listrik, tetapi juga penguatan seluruh rantai hilir.
“Kita bangun ekosistem nikel yang berkelanjutan—dari tambang hingga produk akhir. Ini cerita sukses yang harus terus kita tulis bersama,” tutupnya penuh keyakinan.
Apa Artinya bagi Dunia?
Langkah Indonesia ini berpotensi menggeser peta industri nikel global. Jika bursa nikel dalam negeri terwujud, harga dan kebijakan komoditas ini akan semakin dikendalikan oleh Jakarta bukan hanya pasar internasional.
“Ini bukan sekadar bisnis, tapi kedaulatan energi,” pungkas Meidy, mengundang tepuk tangan meriah.
(Grd)