BATAM, Indonesia, 10 Desember 2025 – Angkatan Laut Amerika Serikat kembali memperkuat kemitraan strategisnya dengan negara-negara Asia Tenggara melalui penyelenggaraan ASEAN-U.S. Maritime Exercise (AUMX) kedua yang dimulai hari ini di Batam, Indonesia.
AUMX 2025, yang diselenggarakan bersama oleh Indonesia dan Amerika Serikat, menandai komitmen berkelanjutan Washington dalam memperkuat keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik. Latihan ini diikuti oleh unsur staf maritim Komandan Destroyer Squadron (DESRON) 7 AS dan pejabat pertahanan dari negara-negara anggota ASEAN.

Latihan kali ini menekankan dua aspek kritis: pertukaran keahlian mengenai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan prosedur evakuasi medis (MEDEVAC).
Para peserta akan terlibat dalam latihan meja (tabletop exercise) dengan skenario simulasi MEDEVAC untuk meningkatkan kemampuan operasional bersama.
USS Cincinnati (LCS 20), kapal tempur pesisir tipe Independence Angkatan Laut AS, akan memimpin fase latihan laut selama dua hari bersama delapan aset maritim negara-negara ASEAN. Kapal-kapal tersebut akan beroperasi di Selat Singapura untuk melaksanakan berbagai latihan termasuk:
Manuver taktis, Pengendalian kerusakan, Operasi pencarian dan penyelamatan, Latihan evakuasi medis.
“Pelaksanaan ASEAN-U.S. Maritime Exercise 2025 merupakan representasi nyata dari kolaborasi dan kemitraan kita,” tegas Kapten Angkatan Laut AS Matt Cox, Wakil Komodor DESRON 7. “Sejak AUMX pertama, kami telah bekerja dengan banyak negara anggota ASEAN dalam latihan bilateral untuk semakin menyempurnakan kemampuan taktis dan operasional kami.”
AUMX perdana pertama kali diselenggarakan pada 2019 dengan tujuan meningkatkan komitmen bersama terhadap kemitraan maritim, keamanan, dan stabilitas regional.
DESRON 7, sebagai skuadron destroyer AS yang dikerahkan di Asia Tenggara, secara konsisten terlibat dalam berbagai latihan dengan negara-negara ASEAN, termasuk seri latihan Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT).
Latihan bersama ini tidak hanya meningkatkan interoperabilitas operasional tetapi juga memperkuat fondasi kerja sama keamanan maritim di kawasan yang memiliki signifikansi strategis global.
(Rls)













