NATUNA – Di balik gemuruh pesawat tempur yang menjaga langit perbatasan utara, terselip kisah pengabdian tanpa henti para prajurit pendukung. Lanud Raden Sadjad (Lanud RSA), pangkalan udara terdepan di Pulau Natuna, baru saja melepas satu dari pahlawan di balik layar: Kapten Kes Ferri Prandani, S.Kep., Ners., setelah hampir 5 tahun mengabdi di ujung tombak kedaulatan Republik Indonesia.
Apel pelepasan yang digelar di Hanggar Timur, Rabu (10/12/2025), bukan sekadar seremoni rutin. Ini adalah penghormatan tertinggi satuan kepada prajurit yang telah mencurahkan tenaga, disiplin, dan profesionalisme di wilayah yang dijuluki “The Frontliner” NKRI.
Di bawah komando Danlanud RSA, Marsekal Pertama TNI Onesmus Gede Rai Aryadi, seluruh pimpinan dan personel hadir memberi salam perpisahan.
Kapten Ferri, yang bertugas di RSAU dr. Yuniati Wisma Karyani, menerima piagam penghargaan atas dedikasi dan kontribusi tak ternilai dalam menjaga kesehatan prajurit dan keluarganya di daerah terpencil.
“Loyalitas dan profesionalisme Saudara telah menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan operasional satuan di sini,” tegas Danlanud RSA dalam sambutannya.
Dalam pidato yang berapi-api, Danlanud RSA menegaskan posisi strategis Natuna. Bukan sekadar tempat bertugas, melainkan kawah candradimuka yang menempa karakter. Setiap personel yang pernah berdinas di sini merasakan betul arti menjadi penjaga kedaulatan di garis terdepan.
“Nilai disiplin, semangat juang, dan profesionalisme yang ditempa di Natuna ini adalah bekal yang tidak akan ternilai. Bekal untuk melanjutkan perjuangan di mana pun kalian ditugaskan,” ucap Danlanud, menyentuh hati semua yang hadir.
Pernyataan ini bukan hiperbola. Berada di pulau terdepan, berhadapan langsung dengan dinamika geopolitik Laut China Selatan, mengajarkan arti kesigapan, ketangguhan, dan nasionalisme yang konkret.
Kapten Kes Ferri Prandani kini bersiap melanjutkan pengabdian di RSAU dr. Moh. Salamun Puskesau, Bandung, Jawa Barat. Perpindahan dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) ke kota besar adalah bentuk rotasi tugas yang umum, namun selalu meninggalkan kesan mendalam.
Apel ditutup dengan doa bersama, mengalirkan harapan agar kesehatan, keselamatan, dan kesuksesan senantiasa menyertai Kapten Ferri beserta keluarga. Perjalanan seorang prajurit tidak pernah berhenti; hanya berganti medan perjuangan.













