GURINDAM.ID – Indonesia kembali menorehkan sejarah dalam penguatan pertahanan maritimnya dengan kedatangan KRI Brawijaya-320, kapal perang tercanggih dan terbesar di kawasan ASEAN.
Kapal fregat multi-misi kelas Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) buatan galangan Fincantieri, Italia, ini resmi diserahterimakan kepada TNI Angkatan Laut pada 2 Juli 2025, menandai lompatan teknologi alutsista Indonesia di tengah dinamika keamanan regional yang semakin kompleks.

Dengan panjang 143 meter dan bobot penuh 6.270 ton, KRI Brawijaya-320 menjadi kapal perang terbesar yang dimiliki Indonesia.
Kapal ini dirancang dengan konsep modular, memungkinkan penyesuaian misi mulai dari operasi tempur hingga misi kemanusiaan. Beberapa fitur unggulannya meliputi, Persenjataan Mutakhir.
Dilengkapi meriam 127 mm, rudal Aster 30 untuk pertahanan udara, serta sistem anti-kapal selam. Sensor Canggih, Radar AESA Kronos dan sonar canggih untuk deteksi ancaman udara, permukaan, dan bawah laut.
Dimana kapal perang ini kecepatan Tinggi, Sistem propulsi hybrid memungkinkan kecepatan maksimal 31 knot, menjadikannya salah satu kapal tercepat di kelasnya.
Awak dan Daya Tahan, Kapasitas 171 personel dengan otonomi operasional hingga 30 hari.

KRI Brawijaya-320 akan ditempatkan di Komando Armada II Surabaya, memperkuat pengawasan di wilayah strategis seperti Laut Natuna dan Selat Malaka. Kapal ini juga menjadi bagian dari Perisai Trisula Nusantara, kebijakan pertahanan maritim Indonesia untuk menghadapi tantangan keamanan multidimensi.
Laksamana TNI Dr Muhammad Ali, Kepala Staf Angkatan Laut, menegaskan, KRI Brawijaya-320 bukan sekadar simbol kekuatan, tetapi bukti nyata kesiapan TNI AL dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia. Kapal ini dirancang untuk menghadapi ancaman konvensional maupun asimetris,” ujarnya.
Kehadiran KRI Brawijaya-320 sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat postur pertahanan berbasis teknologi tinggi. Kebijakan ini juga mendukung Astacita Kedua, yakni penguatan sistem pertahanan sekaligus mendorong ekonomi biru, swasembada pangan, dan energi terbarukan.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam pernyataannya menyatakan, Modernisasi alutsista harus berjalan beriringan dengan kemandirian industri pertahanan. Ke depan, kita akan mempercepat transfer teknologi agar tidak bergantung pada impor,” ucapanya.
Meski menjadi lompatan besar, pengadaan KRI Brawijaya-320 menyisakan tantangan, terutama dalam:
1. Transfer Teknologi: Kolaborasi dengan Fincantieri diharapkan bisa memperkuat kemampuan industri pertahanan dalam negeri.
2. Operasionalisasi: Pelatihan personel dan integrasi sistem pertahanan harus terus ditingkatkan.
3. Pemeliharaan: Biaya operasional kapal canggih perlu dikelola secara efisien.
Setelah berlayar dari Pelabuhan La Spezia, Italia, pada 29 Juli 2025, KRI Brawijaya-320 diperkirakan tiba di Surabaya pada 10 September 2025. Kehadirannya akan memperkuat diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan.
Laksamana Madya TNI Denih Hendrata, Panglima Koarmada II, dalam kesempatan menyatakan, “Kesiapan kapal ini 100%, baik dari segi material maupun personel. Ini adalah bentuk nyata komitmen TNI AL dalam menjaga kedaulatan NKRI,” ucapanya.
KRI Brawijaya-320 bukan hanya sekadar tambahan armada, melainkan simbol kemandirian dan kedaulatan maritim Indonesia.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kapal ini diharapkan menjadi pionir dalam percepatan modernisasi TNI AL, sekaligus mendorong Indonesia sebagai poros maritim dunia yang disegani.
(Pen/gwa)