BATAM – Matahari terik menyinari sudut perempatan jalan protokol Batam, di mana sebuah baliho raksasa bergambar Cen Sui Lan dengan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H” dari Bupati Natuna terpampang megah. Bagi kebanyakan orang, itu hanya sekadar baliho ucapan lebaran biasa.
Tapi bagi Pak Anton (52 tahun), baliho itu mengingatkannya pada momen berharga setahun lalu ketika rumahnya yang hampir rubuh akhirnya direnovasi berkat program bedah rumah mantan anggota DPR RI itu.
“Saya sedang mengantar cucu sekolah ketika melihat baliho itu. Tiba-tiba saja air mata ini tak terbendung,” kisah Anton sambil menunjuk baliho setinggi 5 meter itu.
“Di balik senyumannya di baliho, saya ingat betul bagaimana beliau sendiri yang datang ke rumah saya yang bocor itu, mendengar keluhan kami, dan benar-benar merealisasikan bantuan,” lugasnya.
Baliho ucapan lebaran Cen Sui Lan memang menjadi yang terbesar dan paling mencolok di Batam tahun ini. Bukan hanya ukurannya yang luar biasa, tapi juga pesan tersirat yang dibawanya.
“Biasanya yang memasang baliho lebaran kan caleg atau politisi yang mau cari suara. Tapi ini lain. Ibu Cen sudah tidak menjabat di DPR lagi, bahkan sudah jadi Bupati Natuna, tapi masih menyapa warga Batam dengan hangat,” ujar Rina (28 tahun), seorang pedagang kaki lima yang lapaknya tak jauh dari lokasi baliho.
Bagi warga sekitar, baliho itu bukan sekadar dekorasi. Ia menjadi monumen pengingat bahwa di tengah hingar bingar politik yang sering diwarnai janji kosong, ada sosok yang benar-benar mewujudkan kata-katanya.
Program bedah rumah yang dijalankan Cen Sui Lan selama masa jabatannya di DPR RI periode 2019-2024 telah menyentuh ratusan keluarga di Batam. Yang membuatnya spesial adalah pendekatan personal yang dilakukan.
“Saya masih ingat betul hari itu tanggal 24 Desember 2023. Ibu Cen datang tanpa pengawalan berlebihan. Beliau duduk di lantai rumah saya yang lapuk, minum teh sembari mendengarkan cerita kami,” kenang Ibu Siti (60 tahun), janda yang tinggal bersama dua cucunya.
Tak hanya memberikan bantuan material, tim Cen Sui Lan juga melibatkan warga setempat dalam proses renovasi.
“Anak-anak muda kampung kami dapat upah dari proyek renovasi itu. Ini seperti membantu dua kali lipat,” tambah Siti.
Apa yang membuat sosok Cen Sui Lan begitu melekat di hati warga? Mungkin jawabannya terletak pada latar belakangnya yang unik.
Perempuan keturunan Tionghoa yang memeluk Islam pada 2008 ini memulai karier sebagai pengusaha sukses sebelum terjun ke politik. “Saya belajar dari bisnis bahwa kepercayaan adalah segalanya. Prinsip itu saya bawa ke dunia politik,” ujar Cen Sui Lan dalam suatu wawancara berapa waktu lalu.
Keputusan politiknya untuk fokus pada program bedah rumah muncul dari pengalaman pribadi. “Saya pernah melihat seorang nenek harus tidur di teras karena takut rumahnya roboh. Saat itu saya berjanji, jika diberi kesempatan, saya akan mengubah keadaan.”
Meski kini telah menjabat sebagai Bupati Natuna, program-program Cen Sui Lan masih terus dirasakan dampaknya di Batam dan berapa kabupaten lainnya di Provinsi Kepri.
“Setahun setelah rumah saya diperbaiki, hidup kami berubah total,” ujar Anton.
“Cucu-cucu saya sekarang bisa belajar dengan tenang, tidak takut lagi atap akan bocor ketika hujan.”
Bahkan dampaknya lebih dari sekadar fisik. “Yang paling berharga adalah rasa percaya diri kami kembali. Kami merasa dihargai sebagai warga negara,” tambah Ibu Siti.
Di tengah gemerlap lampu kota Batam, baliho raksasa itu terus tersenyum kepada setiap pengendara yang melintas. Bagi yang tidak tahu, itu hanyalah baliho ucapan lebaran biasa. Tapi bagi ratusan keluarga yang pernah merasakan sentuhan tangan Cen Sui Lan, baliho itu adalah simbol harapan.
“Setiap kali lewat sini, saya selalu tersenyum,” kata Anton. “Baliho ini mengingatkan kami bahwa di dunia politik yang sering kejam ini, masih ada pemimpin yang tulus,” sebutnya.
Sebagaimana pesan Idul Fitri tentang maaf dan kebajikan, mungkin inilah esensi sebenarnya dari kepemimpinan: bukan tentang seberapa besar baliho yang kita pasang, tapi seberapa dalam jejak kebaikan yang kita tinggalkan di hati rakyat.
Di Natuna yang berjarak ratusan kilometer dari Batam, Cen Sui Lan mungkin tidak menyangka bahwa baliho ucapan lebarannya bisa membangkitkan kenangan indah bagi warga Batam. Tapi itulah keindahan dari kerja tulus – ia terus hidup jauh melampaui masa jabatan, melintasi batas wilayah, dan mengakar kuat di hati mereka yang pernah disentuh oleh kebaikan.
(Red)