Mencari Pemimpin Amanah Mengerti Kebutuhan Rakyat

Pemimpin Amanah Mengerti Kebutuhan Rakyat
Pemimpin Amanah Mengerti Kebutuhan Rakyat

GURINDAM.ID – Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinannya.

Sejatinya amanah kepemimpinan itu sangatlah berat, karena di pundaknya diletakkan beban dan tanggung jawab tentang apa yang dikelolanya.

Secara fitrah, setiap manusia memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin. Dimulai dari skala keluarga, seorang bapak akan menjadi imam atau pemimpin bagi keluarganya. Namun kali ini yang mau di kupas adalah pemimpin daerah.

Riky Rinovsky Pemerhati Sosial Politik Di Pulau Natuna Provinsi Kepulauan Riau mengharapkan pemimpin terpilih pada pesta demokrasi dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Pembangunan harus terus berlanjut dan yang belum baik agar diperbaiki, harapan masyarakat harus bisa dipenuhi dalam pembangunan terutama terkait pemerataan.

“Pemimpin yang dipilih oleh rakyat merupakan harapan dalam pembangunan selanjutnya, maka dari itu penuhi harapan masyarakat dengan baik,” ucap Riky.

Selain itu, pemimpin terpilih juga ketika nantinya resmi menjabat harus dapat menjalankan tugas serta visi dan misi sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dalam kampanye.

“Janji-janji kampanye harus ditepati, visi dan misi dijalankan sesuai dengan apa yang telah dicanangkan. Kita tentu ingin negeri kita lebih maju kedepan,” tuturnya.

Secara duniawi orang yang memenangkan pertarungan memperebutkan jabatan publik sebagai anggota dewan, wakil presiden, presiden, atau jabatan publik lain seperti menteri, gubernur, dan bupati dalam pikirannya segera tergambar memperoleh berbuncah-buncah kenikmatan hidup.

Mereka akan mendapatkan berbagai fasilitas sebagai pejabat negara, pundi-pundi rezeki bakal menjulang, dan status sosial menjadi warga negara yang terhormat pun digenggamnya.

Sebagaimana pandangan di jabarkan oleh Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si Dosen Fakultas Psikologi UAD mengupas tetang pemipin yang amanah, tulisan ini beliau kupas sejak 10 tahun lalu, kini masih relevan, berikut tulisannya dibawah ini.

Idealisasi pemimpin amanah

Namun dilihat dari sudut pandang spiritualitas ada makna yang dalam, ketika seseorang itu menduduki jabatan publik. Ketika jabatan publik itu melekat, sebenarnya mereka telah memegang amanah sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin yang memegang amanah dapat dilihat sejak seseorang itu berproses untuk mendapatkan jabatan publik.

Bagi orang yang menggengam amanah, tentu awalnya tidak berambisi menginginkan jabatan publik.

Tapi kalau banyak orang mempercayakan tugas-tugas kepemimpinan, maka dia sanggup menerima kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Kesanggupan seorang pemimpin amanah terus direalisasikan dengan tanggung jawab saat menjalankan kepemimpinannya. Tanggung jawab dalam arti mampu melaksanakan tugas dengan baik, sehingga di bawah kepemimpinannya lingkungan menjadi lebih sejuk, anggota merasa dilindungi, dan organisasi menjadi lebih maju.

Selanjutnya pemimpin amanah dapat dipercaya saat menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang layak dipercaya apabila jujur, adil, dan selaras antara kata yang diucapkan dengan tindakan yang dilakukan.

Dan pemimpin yang amanah mampu mengutamakan kepentingan publik dibanding dengan kepentingkan pribadi. Maksudnya adalah seorang pemimpin amanah akan berani melakukan tindakan tidak popular.

Dia tidak tega melakukan tipu muslihat dan tidak lagi berpikir periode mendatang harus menjabat lagi.

Jika tindakan yang dijalankan memberi kemaslahatan banyak orang dan demi kepentingan publik, dia akan berani ambil keputusan, meski resiko akan dicerca banyak orang dan berdampak negatif bagi citra dirinya.

Agar pemimpin berani melakukan tindakan tidak popular, dia perlu memiliki mental teguh pendirian atau konsisten terhadap setiap gagasan serta perilaku yang dijalankan.

Teguh pendirian ini sebagai modal utama pada seorang pemimpin tahan terhadap kritikan orang-orang yang tak suka dengan langkah-langkah kepemimpinannya.

Maka seorang pemimpin amanah direfleksikan pada sepenggal syair yang digoreskan Si Burung Merak:

…..Keberanian adalah cakrawala…

…..Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

Minimnya pemimpin amanah

Sekarang masalahnya apakah idealisasi mengenai pemimpin amanah itu tertancap di kalbu para pemimpin kita ? Rasanya masih sedikit pemimpin di negeri ini yang memiliki kemampuan moral menjadi pemimpin amanah.

Barangkali publik menyaksikan anggota dewan yang seharusnya membela dan melindungi kepentingan rakyat, justru mendzalimi rakyat. Ini dibuktikan tidak sedikit dari anggota dewan yang tersandung korupsi untuk menggelembungkan rekening pribadi.

Sama halnya dengan pejabat publik lain di jajaran eksekutif dari daerah sampai pusat, pidato politik yang disampaikan saat kampanye ternyata hanya menjadi slogan kosong.

Sebagian diantara mereka telah bertindak tidak jujur. Seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan banyak kecurangan pemimpin eksekutif dengan menyelewengkan uang negara untuk menumpuk kekayaan sendiri.

Perilaku politik mereka juga jauh dari ciri-ciri sebagai pemimpin amanah. Sepak terjang mereka untuk meraih posisi kadang meninggalkan etika dan nilai moral.

Pintu hati mereka sudah tertutup syahwat untuk meraih kekuasaan. Akibatnya rakyat hanya sebagai objek dan program-program yang dijalankan sebatas menjadi komoditas yang digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih tujuan sempit sekedar mempertahankan jabatan.

Akibatnya ketika ada pemimpin baru yang menduduki posisi tertentu, keadaan di lapangan tak jauh berbeda dengan sebelumnya.

Harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal. Biaya pendidikan tak terjangkau. Lapangan pekerjaan semakin sempit.

Kondisi ini membuat rakyat tetap didera kesulitan hidup. Sehingga ada pemimpin atau tidak ada pemimpin sama saja, rakyat tetap sengsara.

Kondisi memprihatinkan masih minimnya pemimpin amanah tak boleh dibiarkan. Segenap elemen bangsa perlu mencari formulasi untuk menumbuhkan pemimpin amanah.

Kalau tidak ada upaya kaderisasi untuk menyemai bibit unggul pemimpin amanah, kita tunggu saja retaknya bangsa ini.

Rasulullah Rasulullah saw mengingatkan dalam sebuah haditsnya, “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Dikatakan, bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya”. (Bukhari dan Muslim).

Maka waspadalah……!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *